Langsung ke konten utama

Aku, Hari Ini


Hari ini aku hanya duduk terdiam
 didepan teras rumahku,
 memandangi awan yang ceria bercanda tawa 
dan menikmati hembusan angin 
yang menggelitik sel-sel saraf tepi di epidermis kulitku ini.

Bukan karena memikirkan nilai rapor yang kurang memuaskan,
 bukan pula merenungi ‘bagaimana masa depanku nanti?’
 dan ‘apa pekerjaanku kelak?’. 
Entahlah aku hanya sedang tak ingin peduli dengan mereka saat ini,
 maafkan aku. 
Aku seperti digerayangi sesosok mahluk halus, 
dia tidak masuk melalui titik lemah seperti Jin dan Syetan 
namun dia masuk melalui hatiku 
hingga akhirnya sampai di fikiranku dan mengganggunya. 
Kupeluk erat tubuhku sendiri sambil menaikkan kakiku ke atas kursi,
 dingin sekali pagi ini.

*****

Beauty Beauty Beauty---tunggu dulu, 
sebenarnya aku ini kenapa? 
Bukankah dahulu aku mencoba melupakannya?
 Lalu mengapa sepintas tadi aku merindukan
 tawa ceria yang khas dari dirinya?
 Aku bahkan masih ingat ketika teman-temanku 
memaki dia demi membelaku karena dia sangat menyakitiku.

Ku minum sedikit demi sedikit segelas teh 
yang kubuat sendiri sambil meniupnya----Kok dingin sekali!
 Bukannya teh ini masih hangat karena barusan kubuat? 
Sebenarnya berapa lama tadi aku 
memikirkan sosok perempuan itu? 
Kenapa aku begitu mengkhawatirkan dia?

******

Aku merasa ada yang tidak beres padaku belakangan ini.
 Minggu lalu aku hampir saja menabrak orang gila ditengah lapangan,
 padahal seharusnya aku mengendarai motor itu dijalan aspal. 
3 hari yang lalu aku terbawa bus yang aku tumpangi
 sampai ke kebon jeruk karena melamun.
 Dan kemarin sore aku jongkok di kloset kamar mandi 
dari sebelum waktu ashar sampai ba’da isya.
 Seriously, what happened to me?
 Melamunkan dia sampai seperti itu?

******

Siapa Dia?

Sebenarnya mungkin dia hanya perempuan biasa
 yang selalu terbayang olehku karena dia selalu di sekitarku.
 Atau mungkinkah dia adalah seorang Peri jelita 
yang namanya selalu terucap dari lisanku karena aku benar-benar mencintainya?
 Mengapa aku bertanya pada diriku sendiri? Apa aku gila? 
Entahlah yang pasti aku selalu bahagia jika memikirkannya, 
cinta ini adalah rasa sakit terindah yang pernah aku rasakan, Beauty. Thanks for everything.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

Sejuta Harapan, Sejuta Masalah

Ditengah sibuknya kuliah, tentu pernah terpikir ingin jadi seperti apa nantinya kita saat dewasa, dan semua karakter di saat dewasa itu berakar dari kebiasaan yang kita lakukan sekarang. Pengalaman saya, banyak karakter yang gagal saya tanamkan ke diri saya. Beberapa karakter yang butuh kesabaran, dan beberapa karakter yang memang butuh bakat murni. Mulai dari karakter ideal pemuda kantoran jaman sekarang, hingga karakter pemuda religius... Dan pada akhirnya saya tidak bisa memaksakan diri untuk jadi seperti orang lain. Apa yang biasa saya lakukan ya itulah saya. Sebagai seorang yang tidak jelas apa tujuan dan keinginannya di masa depan, saya bisa bicara bahwa menjadi diri sendiri saja itu sudah cukup untuk menghadapi dunia, hanya butuh skill adaptasi kelas tinggi saja. Seperti mensyukuri sesuatu yang didapatkan, Tidak mengeluh ketika diamanahi sesuatu, Bahkan sesederhana bersabar.... Itulah yang terpenting menurut saya... Karena sudah terlambat bagi saya untuk ...