Langsung ke konten utama

Datang, tinggal dan pergi

 


Enggak semua orang yang kita kenal bakal selalu ada di hidup kita, bukan cuma orang-orang yang kita cintai yang sudah tiada karena sudah waktunya, tetapi juga mereka yang masih hidup yang sekarang punya lingkaran pertemanan baru selain kita.

Sampai saat ini saya yakin saya sudah kenal lebih dari 1000 orang, kenal dalam arti saling kenal dan pernah berinteraksi waktu dulu. Tetapi yang masih menjaga interaksi, saling berkabar dll orangnya sedikit dan itu-itu aja.

Saya sih ngerasa fine dengan itu, malah kita jadi tahu siapa aja sih yang memang betul-betul punya keinginan untuk berteman dan punya interest yang sama dengan kita.

Lagipula semua orang juga pasti punya prioritasnya masing-masing termasuk dalam hal siapa aja yang pantas buat selalu dikabarin dan emang dirasa seru buat diajak ngobrol. Terutama kalau udah menikah, prioritas pertamanya mesti pasangan dan kadang bisa ada istilah 'lupa teman' saking jarangnya kasih kabar.

Makanya saya nganggap berkurangnya teman itu wajar, jadi ya, lepasin aja mereka yang emang gak menemukan tempat buat kita dihidupnya. Yang terpenting adalah kita selalu rangkul erat dan apresiasi mereka yang peduli sama kita selagi masih ada kesempatan.

Waktu adalah filter pertemanan terbaik, dia bisa menunjukkan siapa yang seharusnya kita lupakan dan siapa yang sudah semestinya kita abadikan.

Sambut mereka yang datang,
Apresiasi mereka yang tinggal,
Dan ikhlaskan mereka yang pergi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Yang kemarin

Di balik senangnya saya ketika dengar kabar teman-teman menikah, saya selalu tanya diri saya kenapa sih saya masih belum bisa seperti mereka. Jawabannya tentu tidak sesederhana 'belum punya calon untuk jadi pasangan', kalau seseorang yang saya anggap cocok dan sepadan dengan saya sudah saya temukan. Ini bukan juga perkara ada tidaknya modal untuk menikah, tetapi tentang kesiapan saya secara mental dan ilmu. Menikah itu bukan hanya tentang tinggal bersama, tetapi menyatukan dua insan, yang lebih luasnya lagi menyatukan dua keluarga besar yang berarti bukan hanya si A yang punya hubungan dengan saya, namun juga bapak, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi daaaan banyak lagi yang menjadi keluarga baru saya nantinya. Buat saya rasanya semua itu sangat berat, mengurusi kerjaan dan diri saya sendiri saja saya masih belum mampu optimal. Saya masih butuh waktu untuk belajar lagi dan mengkondisikan cara saya membagi waktu. Kadang kalau ada yang tanya kapan saya menikah, sebenarnya...