Langsung ke konten utama

Hanya Sedikit yang Kita Tahu


Titik ini seperti sebuah lembah di suatu gelombang transversal,
yang secara berkala saya lewati.
Titik terendah dari semua kepercayaan diri dan motivasi,
karena ini adalah sumber dari semua tantangan yang akhirnya saya terima saat ini.
Sudah hampir dua tahun saya kuliah di kampus ini,
tetapi masih belum bisa masuk kedalam lingkungannya,
pikiran ini sering terjadi saat saya ada di lembah gelap misterius ini,
yang terus menerus bertanya pada saya "siapa kamu dan apa ini jalan yang benar bagimu?"
Banyak sekali penyebabnya,
masalah utamanya adalah akademik,
kampus saya terlalu banyak punya mahasiswa/i unggulan,
atmosfer disini bukan lagi tingkatan troposfer atau stratosfer,
melainkan di termosfer dan bahkan eksosfer.
Disini terlalu tinggi dan juga terlalu sesak bagi penduduk bumi biasa seperti saya.

Saya tidak lagi mempermasalahkan cita-cita serta masa depan saya,
saya ingin menjadi pilot, saya ingin jadi dokter, saya ingin jadi arsitek dll
itu semua sudah saya ikhlaskan dari dalam hati saya. . .
Walaupun saya bersikeras, namun apa yang baik menurut saya belum tentu baik menurut Allah SWT.

Allah ta’ala berfirman: (yang artinya)
“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah : 216)

Bagi saya yang terpenting untuk dilakukan detik ini adalah fokus,
ingat tujuan dan ingat apa yang telah dikorbankan hingga saya ada di titik ini.
Semua orang yang berjuang mesti sadar bahwa pejuang memang kerjanya berjuang,
kalau mau hidup enak ya jangan jadi pejuang, jadi saja seorang spektator,
yang kerjanya cuma nonton dan mengomentari tanpa tahu bagaimana sulitnya perjuangan.

Piknik yang saya jadwalkan akhirnya bisa saya wujudkan,
saya memberanikan diri untuk bercerita kepada dosen pendamping saya mengenai masalah saya.
Dalam balasannya, beliau berkata bahwa kita harus bertahan dalam berjuang,

Endure all the pain and keep going on
berjuang memang tidak mudah, tapi pikirkanlah apa yang terjadi pada orangtua kita jika kita gagal,
orangtua yang paling akan bersedih dan terbebani jika kita menyerah dalam berjuang.

Saya memang dulu terlalu banyak menghayal,
masa depan enak tanpa berjuang keras itu siapa yang tidak mau,
tetapi kemenangan seperti itu adalah kemenangan yang hampa,
sudah saatnya saya bangun dari dunia khayal yang menghipnotis itu,
dunia khayal yang membuat saya berpikiran kalau saya tidak bisa keluar dari lembah ini.

Terimakasih atas kata semangat yang kini menyadarkan saya, pak.
Saya berjanji akan menjadi seseorang yang lebih bertanggungjawab lagi atas diri saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

Sejuta Harapan, Sejuta Masalah

Ditengah sibuknya kuliah, tentu pernah terpikir ingin jadi seperti apa nantinya kita saat dewasa, dan semua karakter di saat dewasa itu berakar dari kebiasaan yang kita lakukan sekarang. Pengalaman saya, banyak karakter yang gagal saya tanamkan ke diri saya. Beberapa karakter yang butuh kesabaran, dan beberapa karakter yang memang butuh bakat murni. Mulai dari karakter ideal pemuda kantoran jaman sekarang, hingga karakter pemuda religius... Dan pada akhirnya saya tidak bisa memaksakan diri untuk jadi seperti orang lain. Apa yang biasa saya lakukan ya itulah saya. Sebagai seorang yang tidak jelas apa tujuan dan keinginannya di masa depan, saya bisa bicara bahwa menjadi diri sendiri saja itu sudah cukup untuk menghadapi dunia, hanya butuh skill adaptasi kelas tinggi saja. Seperti mensyukuri sesuatu yang didapatkan, Tidak mengeluh ketika diamanahi sesuatu, Bahkan sesederhana bersabar.... Itulah yang terpenting menurut saya... Karena sudah terlambat bagi saya untuk ...