Langsung ke konten utama

Yang Terpenting



Sejenak aku lupa bahwa dunia kita sekarang hanyalah dunia yang sementara
Aku mulai lalai, melanggar aturan dan malas menjalankan perintah-Nya
Sejenak aku merasakan itu, disitu pula rasanya hidup ini hambar.
Hingga aku mengalami mimpi yang sangat menyayat perasaan.
Di mimpi itu anggota keluargaku meninggal,
Semuanya terasa nyata, aku menangis di dalam mimpi,
Sampai saat terbangun pun aku masih menangiskannya.

Memang sih itu hanya mimpi,
tapi karena keadaanku yang sedang lalai,
Mimpi semacam ini selalu menampar hati.
Lalu muncul pertanyaan pada diri sendiri:

Bagaimana jika kejadian itu sebenarnya nyata dan bukan mimpi?
Aku yang sedang merugi jelas akan sangat menyesal,
Apalagi karena aku jarang pulang dan jarang bertemu keluarga.
Semua hanya akan terbalut dengan penyesalan jika semua itu nyata.

Dan bukan hanya masalah bahwa itu kenyataan atau hanya mimpi saja,
Karena kematian adalah sesuatu yang pasti datang kepada semua orang,
Ini lebih ke masalah bagaimana kita menghargai orang sebelum mereka tiada.
Dan aku kebetulan sedang jarang berkomunikasi dengan keluarga.

Aku tidak mengerti mimpi itu datangnya dari mana,
Mungkin ada yang berasal dari syaitan, dan ada juga yang datangnya dari Tuhan.
Dan aku akan mengambilnya sebagai pengingat diri.
Suatu keniscayaan, suatu yang seharusnya aku siapkan sejak dulu bekalnya.
Dunia ini cuma sementara, dan sepenting apapun yang kamu kejar,
Entah itu jabatan, sibuk di pekerjaan, atau prestasi,
Jangan pernah tempatkan keluarga di prioritas kedua.
Mereka yang selalu merindukanmu dan tak henti mendoakanmu,
Dan dari semua orang yang ada, mereka lah yang paling peduli kepadamu,
Bukan bosmu, bukan rekan kerjamu, bukan juga dosenmu, tapi keluargamu.
Kalau pada detik ini kamu belum menelpon keluargamu, langsung saja telpon,
Sampaikan seberapa rindu kamu dengan rumah dan betapa kamu mencintai mereka.
Lakukan yang terbaik untuk mereka.


Komentar

  1. Bukannya mimpi buruk gak boleh diceritain ya hen? Iya nggak sih?

    BalasHapus
  2. Pulang hen pulaaang... deket juga... naik krl bisa wkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

Sejuta Harapan, Sejuta Masalah

Ditengah sibuknya kuliah, tentu pernah terpikir ingin jadi seperti apa nantinya kita saat dewasa, dan semua karakter di saat dewasa itu berakar dari kebiasaan yang kita lakukan sekarang. Pengalaman saya, banyak karakter yang gagal saya tanamkan ke diri saya. Beberapa karakter yang butuh kesabaran, dan beberapa karakter yang memang butuh bakat murni. Mulai dari karakter ideal pemuda kantoran jaman sekarang, hingga karakter pemuda religius... Dan pada akhirnya saya tidak bisa memaksakan diri untuk jadi seperti orang lain. Apa yang biasa saya lakukan ya itulah saya. Sebagai seorang yang tidak jelas apa tujuan dan keinginannya di masa depan, saya bisa bicara bahwa menjadi diri sendiri saja itu sudah cukup untuk menghadapi dunia, hanya butuh skill adaptasi kelas tinggi saja. Seperti mensyukuri sesuatu yang didapatkan, Tidak mengeluh ketika diamanahi sesuatu, Bahkan sesederhana bersabar.... Itulah yang terpenting menurut saya... Karena sudah terlambat bagi saya untuk ...