Langsung ke konten utama

Gimana kedepan?


2021 saya jadikan awal perubahan di hampir semua hal keseharian saya, sejauh ini di Januari saya sudah tidak lagi pesan gofood, olahraga dua hari sekali, intermittent fasting jam 8 malam sampai jam 12 siang, meal prep untuk hari kerja, mengusahakan masak sendiri sampai bawa bekal ke kantor, Alhamdulillah.

Target kedepannya adalah mengurangi asupan karbohidrat dan gula serta memperbanyak volume repetisi dan set latihan.

Pertanyaannya adalah gimana kedepannya?

Apa reaksi orang ketika dengar saya sudah tidak lagi makan sembarangan dan selalu mempertimbangkan apa yang dimakan?

Gimana nanti saya jelaskan ke orangtua atau teman-teman kalau ketika saya pulang dan diajak makan saya agak pikir-pikir dan mungkin menolak?

Saya takut sekali dianggap aneh. Pasti banyak orang-orang cibir "kamu kok gak bisa sih menikmati kehidupan?" 

"Ketat banget sama diri sendiri juga" 

"Nanti juga semua orang juga bakal mati kok, jadi ngapain sehat-sehat"

Apa sih salahnya kalau saya memutuskan untuk lebih perhatian terhadap kesehatan diri sendiri? Toh gak ada ruginya juga buat kamu kan, silahkan kamu mau hidup kayak gimana, makan apapun, saya gak akan larang karena saya gak peduli.

Di kita mah kalau ada orang diet dan berusaha jadi lebih proporsional malah dikecengin seolah-olah itu perbuatan tercela.

Rasanya sulit sekali menerapkan seperti ini terutama karena sudah kebiasaan masyarakat kita untuk makan banyak terutama karbohidrat/nasi dan menganggap "gemuk itu sehat".

Saya hanya ingin menerapkan kehidupan yang lebih sehat kedepannya, semoga kamu juga bisa terus berusaha tanpa dengerin apa kata orang...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Yang kemarin

Di balik senangnya saya ketika dengar kabar teman-teman menikah, saya selalu tanya diri saya kenapa sih saya masih belum bisa seperti mereka. Jawabannya tentu tidak sesederhana 'belum punya calon untuk jadi pasangan', kalau seseorang yang saya anggap cocok dan sepadan dengan saya sudah saya temukan. Ini bukan juga perkara ada tidaknya modal untuk menikah, tetapi tentang kesiapan saya secara mental dan ilmu. Menikah itu bukan hanya tentang tinggal bersama, tetapi menyatukan dua insan, yang lebih luasnya lagi menyatukan dua keluarga besar yang berarti bukan hanya si A yang punya hubungan dengan saya, namun juga bapak, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi daaaan banyak lagi yang menjadi keluarga baru saya nantinya. Buat saya rasanya semua itu sangat berat, mengurusi kerjaan dan diri saya sendiri saja saya masih belum mampu optimal. Saya masih butuh waktu untuk belajar lagi dan mengkondisikan cara saya membagi waktu. Kadang kalau ada yang tanya kapan saya menikah, sebenarnya...