Langsung ke konten utama

Selamat tinggal !

Dalam waktu yang tidak sebentar ini akhirnya saya mulai mencoba mengikhlaskan segalanya.

Saya menyadari tidak semua hal dapat saya atur, saya juga menyadari tidak semua rencana dapat berjalan sesuai dengan harapan saya... dan yang terpenting saya sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

"Hidup adalah penderitaan", begitu kata filsuf zaman dahulu. 

Tidak bisa kita mengharapkan 100% kebahagiaan dalam hidup kita, tapi tidak akan juga penderitaan itu ada di 100% hidup kita. 

Dari situ saya kemudian belajar untuk memaafkan semuanya: kesalahan yang disengaja, yang tidak disengaja, bahkan sesuatu yang sifatnya memang sudah digariskan oleh Tuhan dalam takdir-Nya. Saya terima itu semua.

Memaafkan bukanlah hanya untuk mereka yang memintanya, tetapi juga untuk diri saya sendiri yang sampai waktu lalu belum bisa memberikannya.

Saya berharap di masa depan akan banyak orang yang juga berpikiran demikian. Saya yakin dunia akan lebih baik adanya jika itu terjadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

unfortunate circumstances

I noticed something different about myself, I no longer care about my appearance, I no longer care about people's feelings, Hell I no longer care about other people in general I have burned bridges and become this bitter person that lost the ability to empathize with others. Ada hal yang terjadi ketika kita berada dalam sebuah situasi terlalu lama, kita beradaptasi dengan sekitar kita dan lama kelamaan itu menjadi bagian dari diri kita. Saya tidak pernah membayangkan akan ada di posisi seperti ini begini lamanya. Semua hal di dunia ini jelas terlihat seperti sudah terencana dan terorganisir untuk membuat hidup saya sehambar mungkin sampai akarnya. Semua itu terjadi pada tahapan yang paling kecil dan perlahan yang sama sekali tidak saya sadari sehingga ketika saya mengetahuinya, semua itu sudah terlambat dan sudah terjadi pada tingkatan yang fundamental. Diri saya juga mengalami perubahan mikro itu seiring kehidupan saya yang bertransisi. Rasa empati yang hilang, semangat menjalani ...

The day after I k*lled myself

Before anyone wondering, no I’m not suicidal. I’m really afraid to die… but sometimes I couldn’t lift myself up to face this harsh reality either… This note isn’t my last note nor it is my suicide note, or whatever. This note is a closure, something that I needed for a long time, something that will serve me as a reminder that suicide is not a solution but rather another problem that will 100% spawn much more problems for people around me. What I wrote here is only a fiction about what would probably happened if I did end my life. Not to fantasize about dying or anything but this is just a reminder and an EVEN MORE reason why I shouldn’t give in… ============================== The day after I killed myself. The first one who will noticed my disappearance is probably my wife. Not contacting her for longer than 24 hours is already a cue that something is going on. I’ve told her so many times that I’m tired of living our marriage long-distance like this, I want to be by her side al...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?