Langsung ke konten utama

Cinta? Benda macam apa itu? Apakah itu sebuah instrumen?


*Saat jatuh cinta*

Masih sempurna ku ingat saat itu, 
saat kita saling jujur tentang perasaan masing-masing 
di suatu tempat makan bersama teman-teman 
dalam permainan yang kita sebut truth or truth. 
disana aku tahu bahwa kau memberi kesempatan untukku mendekatimu.
 Aku senang sekali. Terimakasih.

Lalu esoknya kau tulis ini untukku:

"Betapa mudahnya kau membalikkan
 semua kesedihanku menjadi kegembiraan. 
Semua air mataku kau ubah jadi gelak tawa.
 Aku tidak memberimu setetes cintapun, 
tapi kau terus menghujaniku dengan cintamu,
 bagaimana kau bisa mencintaiku seperti itu?
 Mungkin kesalahan besar bagiku menyia-nyiakannya. 
Aku telah menyakiti setan berhati malaikat itu. 
Haha dasar setan!"

 Aku tahu itu hanya kutipan kata-kata dari film india
 yang waktu itu pernah aku tonton.
Tapi aku belum pernah mendapatkan surat apapun dari siapapun 
dengan sangat bahagia seperti ini,
 kau merobohkan semua dinding penghalang antara kita itu 
dan sekarang aku hanya tinggal melangkah mendekatimu.

*Setelah semuanya terjadi*

Kau berkata padaku: 
“aku udah coba buat cinta sama kamu selama ini tapi gabisa,
 aku gabisa pungkiri kalo jantung ini masih berdetak buat dia,
 cinta ini masih buat dia”

Tapi kenapa tidak dari awal saja kau katakan ini?
 Kenapa disaat aku sudah berikan seluruh kepecayaanku padamu?

Kaupun bertanya kepadaku: 
“Mengapa semua laki-laki hanya membuat janji yang tak pernah ditepati?”

Aku tahu pasti itu mengarah pada kaka kelas itu,
 aku menegaskan bahwa membuat sebuah janji 
dan mengingkarinya bukanlah karakter seorang laki-laki, 
karena pada dasarnya laki-laki cenderung untuk
 mengemban tanggung jawab dan jika dia menyepelekan dengan mudahnya 
maka itu menandakan tak ada niatan untuk melatih 
karakter tanggung jawab yang ada pada kodratnya. 
Bukan salah dia, tapi mungkin salah kamu juga 
yang menaruh harapan di orang yang salah,
 di tempat yang salah, dan di waktu yang salah.

Kau bilang dia tidak masuk kedalam satupun kriteria laki-laki idamanmu kan?
 Tapi mengapa kau masih mengharapkannya juga sampai sekarang?
 Bukankah kau menuliskan kriteria itu sebelum kau kembali kepadanya dan meninggalkanku kemarin?

Dan kau juga bilang semua perasaanmu sudah pergi 
sejak kepergian kaka kelas itu untuk masa pendidikannya selama 8 bulan,
 tapi bagaimana jika dia kembali lagi?
 Apakah cintamu itu juga akan hadir kembali untuk dia?
Aku rasa ya. Karena aku lihat status facebook-mu juga berkata begitu.

Awalnya kau bilang kau sadar telah menyia-nyiakanku,
 tapi pada akhirya kenapa kau lakukan hal yang sama padaku?

Aku tak pernah rasakan kesedihan seperti ini. 
Apa salahku? bukankah aku tak pernah lakukan ini padamu?

 Is it worth it? 
Am I just too stupid to realize that you can’t even love me?
 Oh my God!

CAN I TURN BACK THE TIME AND 
PREVENT MYSELF FROM HOPING TOO MUCH FROM HER?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Yang kemarin

Di balik senangnya saya ketika dengar kabar teman-teman menikah, saya selalu tanya diri saya kenapa sih saya masih belum bisa seperti mereka. Jawabannya tentu tidak sesederhana 'belum punya calon untuk jadi pasangan', kalau seseorang yang saya anggap cocok dan sepadan dengan saya sudah saya temukan. Ini bukan juga perkara ada tidaknya modal untuk menikah, tetapi tentang kesiapan saya secara mental dan ilmu. Menikah itu bukan hanya tentang tinggal bersama, tetapi menyatukan dua insan, yang lebih luasnya lagi menyatukan dua keluarga besar yang berarti bukan hanya si A yang punya hubungan dengan saya, namun juga bapak, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi daaaan banyak lagi yang menjadi keluarga baru saya nantinya. Buat saya rasanya semua itu sangat berat, mengurusi kerjaan dan diri saya sendiri saja saya masih belum mampu optimal. Saya masih butuh waktu untuk belajar lagi dan mengkondisikan cara saya membagi waktu. Kadang kalau ada yang tanya kapan saya menikah, sebenarnya...