Langsung ke konten utama

Mimpi yang Sempurna?




Ada perkataan yang bilang kalau di atas langit masih ada langit,
Kalau gitu tidak akan pernah ada langit tertinggi yang bisa diraih
karena pasti ada yang lebih tinggi dari itu.

Ada perkataan yang bilang untuk menggantungkan mimpi setinggi-tingginya
Tapi seberapa tinggi? Dan seberapa bagus harusnya sebuah mimpi
agar ia pantas dikatakan sebagai sebuah mimpi?

Saya punya mimpi
Tentang kehidupan manusia yang ideal dimana semua peraturan ditaati,
semua etika dijaga dan semua syariat dijalankan
Tapi dunia se-ideal itu mungkin tidak pantas untuk disebut dunia nyata.

Karena kenyataannya kebaikan dan keburukan ada pada dua sisi koin yang sama
Tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi
Lagipula tidak semua orang peduli dengan keteraturan di dunia ini
Dan apa ada efeknya jika cuma kita yang menerapkannya?

Banyak orang menerapkan bahwa pacaran itu tidak boleh
Tapi banyak juga orang yang menutup kuping, pura-pura tidak tahu
dan tetap melakukannya,
Bahkan orangtua mereka mendukung dan tidak melarangnya.

Banyak orang setuju bahwa etika dalam berinternet harus diterapkan
Tapi lebih banyak juga orang yang menyalahgunakan internet
Bahkan menggunakannya sebagai sarana maksiat dan juga menjelekkan orang lain.

Memang benar kita bisa berusaha setidaknya mencegah diri kita untuk melanggar aturan,
Tapi apa efeknya pada lingkungan jika yang lain tidak melakukannya?
Dan bisa saja akhirnya kita kena dampak dari mereka yang melanggar
Padahal kita sudah menuruti aturan yang ada.

Mungkin memang begitu cara kerja dunia, saya tidak paham dengan pikiran orang lain,
Dunia yang bekerja sebagaimana mestinya dan kita yang menyesuaikan.
Aneh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Yang kemarin

Di balik senangnya saya ketika dengar kabar teman-teman menikah, saya selalu tanya diri saya kenapa sih saya masih belum bisa seperti mereka. Jawabannya tentu tidak sesederhana 'belum punya calon untuk jadi pasangan', kalau seseorang yang saya anggap cocok dan sepadan dengan saya sudah saya temukan. Ini bukan juga perkara ada tidaknya modal untuk menikah, tetapi tentang kesiapan saya secara mental dan ilmu. Menikah itu bukan hanya tentang tinggal bersama, tetapi menyatukan dua insan, yang lebih luasnya lagi menyatukan dua keluarga besar yang berarti bukan hanya si A yang punya hubungan dengan saya, namun juga bapak, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi daaaan banyak lagi yang menjadi keluarga baru saya nantinya. Buat saya rasanya semua itu sangat berat, mengurusi kerjaan dan diri saya sendiri saja saya masih belum mampu optimal. Saya masih butuh waktu untuk belajar lagi dan mengkondisikan cara saya membagi waktu. Kadang kalau ada yang tanya kapan saya menikah, sebenarnya...