Langsung ke konten utama

Setapak Baru

 


Ketika tiba masanya dewasa kelak

Aku harap aku bisa lebih cepat adaptasi

Menjadi orang yang lebih toleran

Dan bisa melakukan banyak hal

Hingga akhirnya menjadi orang

Yang bisa diandalkan siapapun.


Masih itu harapku

Hanya saja rasanya ada yang kurang

Sepotong puzzle yang tidak tahu

Entah dari sananya tidak ada

Atau tadinya ada tapi menghilang.


Keluarga di rumah yang ku lihat

Sudah bisa bahagia sendiri tanpa hadirku

Teman-teman yang juga terus main

Meski tanpa adanya aku


Dunia seakan tidak berubah untuk mereka

Dunia mereka tidak berbeda sedikitpun

Meski kehilangan aku disana

Meski bagi duniaku kehilangan mereka

Merubah segalanya.


Ku bilang pada diri untuk tetap teguh

Berjalan terus meski sulit dijalani

Berkarya meski tak ada yang menikmati

Memperbaiki diri meski tidak ada

Yang akan peduli.


Justru malah diri sendiri

Yang mesti apresiasi itu semua.

Cobalah bahagia tanpa harus ada

Kehadiran orang lain.


Walaupun ku tahu aku butuh

Seseorang yang bisa meyakinkanku

Bahwa besok akan baik-baik saja

Seseorang yang dapat mengatakan padaku

Bahwa usahaku sudah sangat luar biasa

Seseorang yang bisa setulusnya

Memberikan perhatian padaku

Disaat aku tidak peduli dengan diri sendiri.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Yang kemarin

Di balik senangnya saya ketika dengar kabar teman-teman menikah, saya selalu tanya diri saya kenapa sih saya masih belum bisa seperti mereka. Jawabannya tentu tidak sesederhana 'belum punya calon untuk jadi pasangan', kalau seseorang yang saya anggap cocok dan sepadan dengan saya sudah saya temukan. Ini bukan juga perkara ada tidaknya modal untuk menikah, tetapi tentang kesiapan saya secara mental dan ilmu. Menikah itu bukan hanya tentang tinggal bersama, tetapi menyatukan dua insan, yang lebih luasnya lagi menyatukan dua keluarga besar yang berarti bukan hanya si A yang punya hubungan dengan saya, namun juga bapak, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi daaaan banyak lagi yang menjadi keluarga baru saya nantinya. Buat saya rasanya semua itu sangat berat, mengurusi kerjaan dan diri saya sendiri saja saya masih belum mampu optimal. Saya masih butuh waktu untuk belajar lagi dan mengkondisikan cara saya membagi waktu. Kadang kalau ada yang tanya kapan saya menikah, sebenarnya...