Langsung ke konten utama

Aku, Tadi Malam


Ini bukan malam yang terasa nyaman untuk belajar,
 lagi-lagi aku mengesampingkan pelajaran karena memikirkan dia.
 Tak masalah.
 ‘Kan masih libur.

Aku sendiri tak tahu kenapa malah memikirkan hal 
yang seharusnya masih jauh untuk ku fikirkan.
 Bukan. Bukan memikirkan tentang 

‘bagaimana jika pangeran itu kembali pada beauty dan dia menerimanya?’

tapi aku lebih memikirkan 

‘bisakah aku berubah dari manusia buruk rupa 
menjadi sosok pangeran yang lebih baik di masa depan?’

 Tidak ada salahnya kan jika aku tanyakan itu pada diriku sendiri,
 aku ingin memastikan apakah aku bisa menjawabnya atau tidak.

Seorang Diplomat, Dokter, Taruna penerbangan, Arsitek, Teknisi, atau Seorang Guru?

Aku bingung apa aku sanggup memilih 
salah satu dari semua profesi itu? Kapan aku akan memutuskannya?
Hmmm.. 

Mungkin aku harus mendiskusikannya dengan Orangtua dan Guru BP di sekolahku,
 aku tak ingin menjadi seorang yang mengecewakan nantinya.

Semoga ini akan segera terjadi 
dan aku bisa yakin tentang apa yang akan aku pilih nanti dan bisa mencapainya 
untuk dapat menjadi yang terbaik. 
Semoga. . . . Amin ya Allah. . . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Makna Kecerdasan

Lebih dari 14 abad yang lalu, para sahabat telah mengetahui mukmin mana yang paling cerdas. Hal itu bermula dari pertanyaan sebagian sahabat kepada Rasulullah. Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits berderajat hasan. Hadits ini dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saat Ibnu Umar duduk bersama beliau. يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ “Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.”  (HR. Ibnu Majah) Orang yang paling cerdas bukanlah orang yang paling tinggi...