Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Hoshi - Cahaya langit malam

Wahai bintang Kau indah... Cahayamu terang... Kadang berlomba dengan sesamamu, Dan tetap kau juaranya. . . Kau pelukis langit malam... Kau tebarkan semua keelokan disana... Agar orang tidak salah jalan pulang, Dengan rasi bintang yang benderang. . . Bagian terbaik menjadi aku, Adalah aku bisa memandangimu, Sepanjang malam kalau aku mau. Tanpa kau sedikitpun menyadari itu... . . Katakan padaku bintang... Bagaimana kau bisa berikan senyum tulus, Bahkan kepada orang yang tidak kau kenali?... Siapa yang membayarmu untuk itu?... Aku bertanya, Tapi Kau tak pernah mendengarku... Kau tak pernah menjawabku... . . . Wahai bintang Kau adalah sesuatu yang jauh, Amat jauh diatas sana... Terangmu selalu tak menghangatkan... Tapi cukup untuk menerangi jiwa yang kesepian... Senyum yang kau berikan itu... Aku tahu bukan hanya aku yang mendapatkannya... Tapi aku m

Kouzui - Masalah yang menggenang

Pernahkah kamu berpikir betapa sulitnya  menyadari bahwa hidup ini hanya sekali?  Lalu, dari tak ada habisnya masalah yang kita hadapi dalam hidup,  adakah yang paling menjengkelkan bagi mu? Lengkap bukan?  Kita cuma sekali hidup dan ditantang  oleh masalah yang tak ada habisnya.  Tapi, point nya bukanlah seberapa besar masalah,  melainkan bagaimana respon kita terhadap  that neverending problem . Takdir misalnya,  adalah permasalahan yang bagi sebagian orang sangatlah menjengkelkan.  Tentu saja, lahir di keluarga kaya dan lahir di keluarga miskin  hanya bisa disamakan level bahagianya dengan bersyukur.  Selalu mengingat bahwa yang kita miliki hanyalah titipan semata.  Contoh lainnya, cukup menjengkelkan kan kalau ada orang terlahir  dengan penampilan bawaan yang sempurna untuk ukuran manusia,  dan atau memiliki bakat dari lahir yang menunjang karir dan kehidupannya.  we can't change that, but we can change our mindset. Lalu perasaan misalnya,  hal yang

Akulah Ku Mu

Hai Apa kabarnya kamu? Kamu yang selama ini jadi bayangan yang melekat Kamu yang sejauh ini selalu setia Setia, Melangkah dibawah matahari yang sama menghirup udara kotor bersama Bermandikan tetesan air hujan, mesra Aku ingin tahu kabarmu Aku ingin merasakan apa yang kini kamu rasa Entah mengapa... Orang bilang ini rindu Tapi ini berbeda Ya beda, kenapa yang ini lebih sakit? Apa rindu selalu menghantui Dan tak pernah melepaskan korbannya Dari rasa tercekik dan sesak di dada? Inikah rindu? Tidak... Lebih tepatnya, jangan... Aku hanya sekedar ingin tahu kabarmu Aku tak ingin aku rindu padamu... Jangan... Karena aku takut engaku berharap Aku takut kamu kecewa karena ku Aku khawatir kamu sakit oleh harapan Yang bahkan tidak pernah aku berikan... Aku hanya ingin tahu kamu sedang apa... Tidak peduli seberapa sibuknya aku Aku ingin pastikan apakah kamu masih tetap kamu yang sama... Apakah kamu itu kamu yang memang kamu?... *hening* *hening* *heni

Tanpa Harapan

Sulit sekali bagi ku Untuk menjadi seorang lelaki yang sepenuhnya... Menjadi lelaki yang bisa menahan dirinya dari harapan... Iya, sulit... Disaat kebanyakan laki-laki sudah setidaknya punya seorang perempuan Untuk dijadikan harapan walaupun tanpa sepengetahuan si perempuan... Disaat kebanyakan perempuan sudah setidaknya punya seorang laki-laki Yang ditunggu kedatangannya didepan ayahnya kelak... Harapan itu... Sungguh membuatku bingung... Tak berhenti aku berpikir: “Jika kelak aku mendatangi seorang wali dari perempuan,  tapi secara rahasia perempuan itu sudah punya seseorang yang diharapkan.. Bukankah tidak akan ada kebahagiaan seterusnya jikapun perempuan itu menerima? Yang ada pasti aku hanya merusak harapannya, iya kan?” Bagaimana jika hanya aku sendirian di dunia ini yang tidak punya Seorang untuk diharapkan? Aku paling tidak ingin kecewa... Ya... Mungkin sakitnya saat tidak berharap adalah hal yang lebih baik... Jika dibandingkan sakitnya harapan ya

Weird world

God, sorry  that i couldn't bear that much problem yet.  dissapointment,  anger,  fear...  and responsibilities. Still, thats too much for me now maybe avoiding it can help. i hope so.

Penanya tanpa nama

Malam mulai dipenuhi bintang Dari timur, matahari berangsur menampakkan dirinya Masih saja jariku asyik berdansa diatas keyboard laptop Semua bagian tubuhku menjaga dari rasa lelap Seolah menyarankanku untuk menulis postingan ini.... Jadi, di tahun ini Selain banyak sekali target akademik dan organisasi yang aku buat Aku juga menuliskan agar aku bisa jadi orang yang lebih sosial Lebih mudah akrab dan baik dalam menjalin hubungan kekerabatan Apakah itu terlalu berlebihan ya? Masalahnya adalah Aku bahkan tidak bisa mewujudkannya sekarang Aku masih saja menjadi orang yang egois Akan diriku sendiri dan rasa takutku Mungkin karena aku tidak pernah terbuka sebelumnya (masih terasa perbedaan yang jomplang antara aku yang berkuliah di stis dan aku yang dulu pendiam di smansa) Dan entah kenapa dunia selalu memaksakan evolusi makhluknya Membuatku selalu terjun dari zona nyaman, bukan lagi bergerak, tapi benar

Catatan di malam dingin

13 Oktober 2016 Sudah hampir seminggu resah menjajah hatiku, aku tidak bisa menahannya lagi dan harus aku ungkapkan entah kepada siapapun. Iya memang sih, lagi-lagi perasaan yang bikin otak serba gak enak. Setiap inget namanya, pasti langsung kebayang sedihnya. Setiap ketemu orangnya, pasti seketika ada semacam dorongan kuat diantara dada dan tulang belakang, rasanya sesak hampa. entah kenapa... Aku sudah menelusurinya, jawabnya adalah kepercayaan yang diinjak-injak... Baru-baru ini aku tahu bahwa teman perempuan yang dekat denganku akhirnya menjalin hubungan, entah berstatus ataupun tanpa status, dengan laki-laki lain... oh oke, mungkin terdengar dilematis dan agak di dramatisir... Hanya untuk menegaskan aja ya, sebenernya aku juga ga berharap perasaan apa apa dari dia. Yang hilang dari ini adalah rasa percaya ku pada temanku sendiri... Sungguh dia perempuan yang baik, aku yakin dia akan menjadi perempuan muslimah yang baik dan tidak bermaksiat seperti itu. Tapi kenapa?