Pernahkah kamu berpikir betapa sulitnya
menyadari bahwa hidup ini hanya sekali?
Lalu, dari tak ada habisnya masalah yang kita hadapi dalam hidup,
adakah yang paling menjengkelkan bagi mu?
Lengkap bukan?
Kita cuma sekali hidup dan ditantang
oleh masalah yang tak ada habisnya.
Tapi, point nya bukanlah seberapa besar masalah,
melainkan bagaimana respon kita terhadap
that neverending problem.
Takdir misalnya,
adalah permasalahan yang bagi sebagian orang sangatlah menjengkelkan.
Tentu saja, lahir di keluarga kaya dan lahir di keluarga miskin
hanya bisa disamakan level bahagianya dengan bersyukur.
Selalu mengingat bahwa yang kita miliki hanyalah titipan semata.
Contoh lainnya, cukup menjengkelkan kan kalau ada orang terlahir
dengan penampilan bawaan yang sempurna untuk ukuran manusia,
dan atau memiliki bakat dari lahir yang menunjang karir dan kehidupannya.
we can't change that, but we can change our mindset.
Lalu perasaan misalnya,
hal yang paling sensitif di bumi ini.
Aku sendiri memandang ini sebagai hal yang relatif saja,
simpel, karena perasaan bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Sayangnya, kita tidak tahu apa alasan seseorang mempunyai perasaan
kepada kita, atau bahkan apakah dia orang yang tepat untuk kita berperasaan?
Dua problem tadi.
Pertama,
apa alasan seseorang memberi perasaan
Apa?
Contohnya:
Tulus, iseng, korban truth or dare, ada taruhan sama temen, sengaja (biar bisa nyakitin), dan seterusnya dan seterusnya...
Aku sebagai laki-laki gak bergitu bisa membedakan maksud seseorang,
selama ini aku pun masih mempertanyakan kenapa aku menyukai seseorang...
Adakah masalah karena itu?
Banyak.
Gak mengetahui tentang alasan kenapa kamu sendiri menyukai seseorang
bisa membawa kamu ke jurang yang lebih dalam,
perasaan yang lebih tidak bisa dihindari.
Mungkin awalnya biasa saja,
lama kelamaan kamu sendiri yang bakal menderita karenanya.
Menderita dalam arti dicekik oleh perasaan kepadanya,
masalah lagi akan muncul jika perasaan ini hanya searah.
Bertepuk sebelah tangan terbukti gak baik buat kita.
Lebih baik cari tahu gimana respon dia terhadap sikap kita,
ya mulailah pelajari kode-kode perempuan (kalau kamu laki-laki),
siapa tau kalau memang dia menunjukkan lampu hijau
bisa dilanjutkan ke taaruf, khitbah dan akhirnya menikah.
uuuu.......
Beda lagi kalau perempuan,
katanya perempuan itu mahluk yang paling gak bisa memulai duluan,
apalagi menyatakan perasaan duluan kan?
Nah makanya kasih si dia kode yang jelas kalau kamu itu
emang kasih lampu hijau (dalam arti bersedia, ga lagi di khitbah orang),
dan sekali lagi, kodenya harus jelas.
Jangan kemudian menyalahkan si laki-laki karena dia gak peka,
mungkin aja kamunya yang kasih kode asal-asalan kan.
Masalah kedua tentang apakah dia orang yang tepat
Iyakah dia orangnya?
hmm...
yang ini sih gak akan ada habisnya kalau dibahas.
Problem utamanya disini adalah bisakah kita meminimalisir,
bahkan menghilangkan,
rasa kehilangan kita terhadap seseorang?
Misalkan, ada teman di SMA dulu yang menurutku sangat baik akhlaknya,
dan aku merasa dia sangat cocok buatku.
Tapi apa boleh dikata,
ternyata takdir memisahan jalan kami.
Jalan yang berbeda kadang sangat sulit untuk dipertemukan
persimpangan antara keduanya.
Dia pastilah menemukan seseorang yang baik saat berada jauh dariku.
Benarkah kekhawatiran itu?
Tidak selalu,
tapi mindset itu pasti melekat bagi yang menganggap
seseorang nyaman buatnya tapi orang itu sekarang jauh darinya.
Witing tresno jalaran soko kulino.
Dia akan terbiasa dengan orang lain,
akan ada orang lain yang jatuh cinta kepadanya,
dan dia akan jatuh cinta kepada orang lain,
disaat kita masih saja mencintai orang yang sama.
Salahkah demikian?
Tidak,
orang bilang cinta yang menurut kita patut diperjuangkan
harus selalu kita pertaruhkan.
Batasannya adalah saat kita merasa dia tidak lagi peduli,
disaat itulah kita HARUS mengikhlaskan dia untuk orang lain,
lagipula dia tidak menganggap kita siapa-siapa kan. . . . .
Seperti banjir, masalah pun demikian.
Akibat dari satu permasalahan saja yang tidak bisa kita selesaikan,
akan ada masalah-masalah selanjutnya yang pasti tidak akan
kita kerjakan karena masalah sebelumnya belum selesai,
begitu seterusnya sampai terjadi banjir masalah.
Hanya dengan pikiran yang jernih, optimisme,
dan pertolongan Tuhan kita dapat melewatinya.
Diatas semua masalah yang ada,
apakah pernah kita berpikir betapa luasnya bumi ini
dan betapa besarnya kekuasaan Tuhan?
Tentang jodoh, jangan terlalu di khawatirkan,
asalkan kita tidak mengekang diri kita di dengan rantai pacaran,
jodoh yang paling baik pasti akan kita temukan.
Jodoh tidak ditunggu, ia perlu dijemput.
Dan sebaik-baiknya kendaraan untuk menjeputnya
adalah akhlak yang baik dan juga agama yang kokoh.
Pertanyaannya hanyalah, siapkah kita untuk berubah?
Komentar
Posting Komentar