Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Ke Tak Sempurnaan

Aku tahu aku bukanlah manusia yang sempurna,  aku sering merenungkan masalah ini.  Terlebih karena fisikku yang kurang meyakinkan.  Aku rasa hatiku pun begitu, hampa dan tak sesempurna perasaan hati orang lainnya  yang sedang jatuh cinta dengan satu sama lain.  Aku cemburu dengan mereka yang sangat bodoh  mempercayakan cintanya bahkan seluruh jiwa raganya  kepada orang yang belum pasti itu. Aku bagai daun yang melayang layang tanpa haluan,  hanya mengikuti kemana arah angin muson ini menuju. Aku ingat aku sempat mendarat pada satu sarang burung  di sekitar Borneo bagian utara, disana aku bertemu  dengan seekor burung betina yang sedang sendirian.  Disekitar telapak kakinya kulihat  ada tiga buah telur burung yang sedang ia erami.  Tapi ada yang lebih aneh dari burung ini,  Burung ini mengapa dia sendiri?  dan mengapa pula ia menangis?  Lantas aku tanyakan padanya dengan nada  yang sangat hati-hati khawatir menyinggung perasaannya.  Dengan isak ta

“My precious”

Mengingat nama panggilan itu kantuk di kepalaku seketika menjadi hilang  dan aku kembali tarawih dengan semangat membara.  Astagfirullahaladzim shalatku ini jadi tidak fokus karena teringat saat itu,  masa-masa dimana aku terlalu jatuh cinta pada seseorang.  Seburuk itukah aku sehingga dia lebih memilih laki-laki itu? pasti. “Aku ga akan pernah bisa jatuh cinta sama kamu” Dia memvonis dirinya sendiri seperti itu,  aku tahu itu masih karena orang yang sama.  Padahal aku bahkan menyimpan perkataannya  bahwa dia tak akan mengharapkan laki-laki itu lagi,  dia juga pernah menulis sebuah postingan di blognya  yang menceritakan betapa kecewanya dia pada lelaki itu.  Jangan tanyakan aku kenapa dia masih saja menunggu laki-laki itu,  akupun tak tahu kenapa. “Assalamualaikum warahmatullah,  Assalamualaikum warahmatullah” Cepat sekali waktu berlalu, aku merapikan sajadahku  dan berjalan pulang dengan tatapan ke arah langit malam.  Subhanallah ketenangan yang sangat

Dia. Bukan Aku

Melamun disini nyaman juga, di pagar koridor kelas lantai dua  dengan pohon ketapang sebagai pelindung dari sinar matahari.  Angin yang bertiup dari arah barat ikut menyejukan perasaanku.  Aku teringat dengan suasana ini, suasana saat aku melamun di lantai tiga  dengan angin yang lebih besar serta daun yang berterbangan ke arahku. Jika aku tidak salah, waktu itu arlojiku menunjukan sudah pukul lima lebih lima menit  dan sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain aku dan pak pulung, penjaga sekolah ini.  Bukanya aku tak takut dengan kehabisan angkutan umum yang menuju rumahku,  tapi aku lebih takut lagi jika aku tak menemukan jawaban di dalam hatiku,  jawaban atas pertanyaan teman-temanku tentang  ‘Apakah aku suka padanya?’ Sempat aku bertanya balik ‘Dia siapa maksudnya?’  tapi teman-temanku hanya tertawa dan segera berlalu.  Aku tahu siapa yang mereka maksud, dan aku bingung harus menjawab apa.  Di dalam hati ini ada rasa yang bergejolak dan aku bingun

Cinta? Benda macam apa itu? Apakah itu sebuah instrumen?

*Saat jatuh cinta* Masih sempurna ku ingat saat itu,  saat kita saling jujur tentang perasaan masing-masing  di suatu tempat makan bersama teman-teman  dalam permainan yang kita sebut truth or truth.  disana aku tahu bahwa kau memberi kesempatan untukku mendekatimu.  Aku senang sekali. Terimakasih. Lalu esoknya kau tulis ini untukku: "Betapa mudahnya kau membalikkan  semua kesedihanku  menjadi kegembiraan.  Semua air mataku kau ubah jadi gelak tawa.  Aku tidak memberimu setetes cintapun,  tapi kau terus menghujaniku dengan cintamu,  bagaimana kau bisa mencintaiku seperti itu?  Mungkin kesalahan besar bagiku menyia-nyiakannya.  Aku telah menyakiti setan berhati malaikat itu.  Haha dasar setan!"   Aku tahu itu hanya kutipan kata-kata dari film india  yang waktu itu pernah aku tonton. Tapi aku belum pernah mendapatkan surat apapun dari siapapun  dengan sangat bahagia seperti ini,  kau merobohkan semua dinding peng