Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Islam

reason

Banyak yang bisa saya ungkapkan sekarang, Terutama ketika bercermin dan masih saja menemukan diri saya dari tiga tahun yang lalu... Sepertinya memang sudah seharusnya sejak dulu saya ceritakan ini... Saya hanya mau minta maaf jika pernah merasa kecewa dan kesal terhadap saya, Baik dari masa lalu maupun dari yang sekarang-sekarang, Semua berawal karena saya dan semua itu berakhir karena saya, Lebih tepatnya karena kebodohan saya. Ceritanya... Semenjak kekecewaan saya pertama kali dulu (SMP), Saya memang berubah, lebih menghindar dari keinginan untuk memiliki seseorang, Dengan kata lain sejak itulah saya tidak mau lagi pacaran, Mungkin hanya sekedar berteman saja dengan siapapun... Sudah dari sana saya tidak berani untuk memberikan harapan kepada siapapun, Namun, salah saya adalah karena saya mungkin terlalu akrab dalam berteman, Kesalahpahaman juga terjadi karena menganggap bahwa itu  adalah bentuk harapan yang saya berikan. Padahal bukan.....

Menyambut Bulan yang Suci

(Artikel dari muslim.or.id) Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah اَلتَّهَاوُنُ بِالْأَمْرِ إِذَا حَضَرَ وَقْتُهُ, yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya Wahai kaum muslimin, hendaknya kita mengetahui bahwa salah satu nikmat yang banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya. Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah  ta’ala  senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan. Ketidaksiapan yang Berbuah Pahit Imam Abu Bakr Az Zur’i  rahimahullah  memaparkan dua perkara yang wajib kita waspada...

Hanya Sedikit yang Kita Tahu

Titik ini seperti sebuah lembah di suatu gelombang transversal, yang secara berkala saya lewati. Titik terendah dari semua kepercayaan diri dan motivasi, karena ini adalah sumber dari semua tantangan yang akhirnya saya terima saat ini. Sudah hampir dua tahun saya kuliah di kampus ini, tetapi masih belum bisa masuk kedalam lingkungannya, pikiran ini sering terjadi saat saya ada di lembah gelap misterius ini, yang terus menerus bertanya pada saya "siapa kamu dan apa ini jalan yang benar bagimu?" Banyak sekali penyebabnya, masalah utamanya adalah akademik, kampus saya terlalu banyak punya mahasiswa/i unggulan, atmosfer disini bukan lagi tingkatan troposfer atau stratosfer, melainkan di termosfer dan bahkan eksosfer. Disini terlalu tinggi dan juga terlalu sesak bagi penduduk bumi biasa seperti saya. Saya tidak lagi mempermasalahkan cita-cita serta masa depan saya, saya ingin menjadi pilot, saya ingin jadi dokter, saya ingin jadi arsitek dll itu semua sudah saya ikhlask...

Makna Kecerdasan

Lebih dari 14 abad yang lalu, para sahabat telah mengetahui mukmin mana yang paling cerdas. Hal itu bermula dari pertanyaan sebagian sahabat kepada Rasulullah. Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits berderajat hasan. Hadits ini dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saat Ibnu Umar duduk bersama beliau. يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ “Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.”  (HR. Ibnu Majah) Orang yang paling cerdas bukanlah orang yang paling tinggi...

I Gotta Change

Another Milestone Hari ini terasa berbeda Ada bagian diriku yang kembali hadir Aku kembali menuju puncak kesadaranku lagi Aku sangat bersyukur... Tidak ada yang lebih indah dibanding terbangun Dengan keadaan termotivasi untuk menjadi lebih baik Apapun penyebabnya, aku rasa itu baik buat semua orang Namun semua kembali kepada niat,  karena niat akan menentukan sejauh mana perjuangan akan berlangsung. Selama ini aku salah, Aku berjuang untuk seorang perempuan Aku berubah demi seseorang yang menarik perhatianku saja Dan seperti yang kalian duga, saat perempuan itu tidak sesuai ekspektasi Maka hilanglah semua rasa semangat yang ada dalam sel tubuh Seriously, Masa-masa puncak kesadaran yang aku rasakan dulu Tidak lebih dari hanya perjuangan yang kosong Karena dibalik itu semua ada maksud hati yang salah Ada riya, ada ujub, ada takabbur, ada sum'ah. Sedikit sharing saja untuk para laki-laki Khususnya yang sedang serius untuk hijrah Lebih baik kaji lagi niatn...

Give it your all

Hari-hari yang melelahkan adalah hari dimana kamu merasa kamu berjuang sendirian, disamping semua mata kuliah yang memang terasa 'membunuhmu' dari sisi nalar, masih ada yang menikam perasaanmu lebih dari itu. Hal yang menurutku mengganggu ketenangan batin. Aku ingin berubah, tidak tahu kapan aku bisa berkata bahwa aku sudah berubah, karena yang dinamakan perubahan adalah proses perubahan itu sendiri. Apakah aku belum berubah bagimu? Aku ingin berubah, karena aku sadar tidak akan ada ketenangan yang aku dambakan dalam kehidupan jika aku stagnan di titik yang sama setiap waktu. Tidak peduli orang lain mengetahuinya atau tidak, tak peduli mereka mendukungku atau justru mencemooh habis-habisan. Aku ingin berusaha dan ikhlas menjalani ini. Menundukkan pandangan kepada perempuan. Untukku ini yang tersulit, aku adalah kebalikan dari tidak pernah menyapa dan tidak pernah tersenyum jika berpapasan dengan orang yang aku kenal. Apakah teman perempuan ku akan marah jika ak...

Bangga Pacaran?

              Islam dan hukumnya sangatlah tegas dalam mengatur kehidupan umat manusia, termasuk juga dalam menjaga kehormatan kaum hawa. Dalam hal ini yang kita bahas adalah perihal Pacaran yang menurut kebanyakan Muslim dan Muslimah sebagai “Tren” dan WAJIB dilakukan, karena yang tidak melakukan kegiatan itu seringkali dianggap tidak laku dan ketinggalan zaman. Tidak jarang juga yang berpacaran dengan topeng “ PACARAN ISLAMI ” tetapi masih sama juga melakukan sesuatu yang melewati batas agama, ckckck. Perlu dicatat: Saya menulis posting ini bukan karena iri dengan yang berpacaran atau karena masalah pribadi, saya hanya ingin menyampaikan kebenaran, walaupun itu pahit untuk diterima. Jadi bagaimana Islam menanggapi masalah remaja yang satu ini? Dan bagaimana hukumnya Pacaran? Apakah benar adanya PACARAN yang ISLAMI? Tentu saja Pacaran itu hukumnya HARAM , pernahkah mendengar bahwa mendekati zina itu haram? Atau Khalwat yang tidak diboleh...