Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Jujur tentang perasaan

Kalau boleh saya jujur tentang perasaan saya, sekarang saya merasa tidak begitu dibebani apapun, rasanya bebas... Melegakan dan menyenangkan. Karena banyak hal yang berbeda, mungkin cuacanya disini, makanannya atau langit malam yang bintangnya bisa kelihatan, entah. Sebelumnya tidak pernah begini, ada saja hal yang membebani pikiran dan juga perasaan. Tekanan dari keluarga, teman-teman dan orang sekitar. Apalagi tekanan dari diri sendiri untuk jadi orang yang sempurna. Sekarang saya lebih ikhlas tentang itu semua. Seberapa keras pun saya kejar kesempurnaan saya tidak akan pernah sempurna, makanya saya menyerah untuk jadi orang perfeksionis. Menjalani hidup seperti ini mungkin sekali-kali mesti dilakukan, tanpa tuntutan diri, tanpa tekanan orang-orang dan tanpa target ambisius lainnya. Hanya saya menikmati hidup dari hari ke hari. Mensyukuri apa yang ada sambil bersiap untuk jadi orang ambisius lagi sambil berlari. Terimakasih telah mengerti saya, banyak hal tentang saya ya

Membalikkan telapak tangan

Kala itu malam terasa lebih kelam dari biasanya, tidak bisa tidur sama sekali dengan dinginnya angin yang masuk melalui jendela yang lupa ditutup. Sengaja tidak ditutup berharap kamu datang ke depan jendela dan berkata kamu mengerti apa yang tadi siang aku bicarakan. "Maaf, sepertinya kita cukup sampai sini saja" "Apa maksudmu?" "Ya kita udahan, aku mau kita berteman aja" "Kamu bercanda? Setelah semua yang kita lewati selama ini kamu minta kita udahan?" "Keputusanku sudah bulat, apapun tanggapan kamu gak akan bisa ubah itu" "Aku baru tau ternyata kamu itu egois!" Bodohnya aku begitu egois tanpa membicarakan rencanaku kedepan, tapi mesti kulakukan sebelum semua terlalu jauh. Semua sudah seperti yang aku inginkan sekarang, dan betul, seperti yang kuduga semuanya akan terasa hambar. Makanan khas yang enak ataupun suasana kantor baru yang hangat, tidak bisa kurasakan sepenuhnya dengan kondisi seperti ini.

Jaga kesehatan!

Precordial catch syndrome "Adalah suatu gelaja dimana kamu merasakan sakit menusuk di daerah sekitar dada, rasanya akan semakin parah jika kamu menarik nafas" Saya baru tahu nama dari penyakit ini. Sejak kecil saya memang selalu jaga kesehatan saya, tidak merokok, makan teratur, olahraga walaupun kadang cuma secukupnya. Tapi entah kenapa orangtua saya selalu tidak percaya tentang sakit di daerah dada yang tiba-tiba muncul ini. Katanya saya melebih-lebihkan, overdramatis dan lain-lain. Mungkin karena mereka sering nonton sinetron jadi selalu menyangka yang dadanya sakit itu bakal langsung mati ditempat. Jadi saya selalu dicekoki omongan "jangan ngarang deh, baru sakit segitu aja ngeluh, bla-bla" Ajaran bapak saya memang selalu keras, mungkin niatnya agar saya tidak banyak mengeluh, tidak leyeh-leyeh dan tidak cepat layu kalau kesakitan dikit-dikit. Tapi sakit dada sampai nafas pun sakit? Gimana kalau ini beneran penyakit jantung? Orangtua saya tidak mau per

Pekan pertama di Gorontalo

Selasa, 4 februari pukul 02:10 pagi lalu adalah hari yang tidak begitu ceria buat saya. Meninggalkan semua orang adalah konsekuensi dari merantau dan saya sudah memperhitungkan itu, tapi tetap saja ada jangkar yang tidak bisa dinaikkan, tertarik paksa hingga ke Gorontalo. Berat koper dan tas ransel tidak ada bandingannya dengan beratnya perasaan saya meninggalkan tanah kelahiran beserta orang-orang berharga disana. Tapi tetap saya harus lakukan, berharap ada yang rindu disana dan menunggu saya pulang kembali, entah siapapun, dan entah kapan saya kembali. Saya selalu berprasangka tidak ada yang mengkhawatirkan saya disini, semoga iya, tidak ada gunanya bagi mereka. Lagipula memang saya biasanya jarang pulang ke rumah semasa kuliah, jadi ada dan tidak adanya keberadaan saya di hidup mereka tidak ada bedanya sama sekali. Tiba di bandara Djalaludin di hari yang sama pukul 06:10. Jam tangan segera ditambah 1 jam karena beda zona waktu. Makanannya enak, sambalnya pedas-pedas, keba