Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Untuk Jangka Panjang

Tulisan ini dikhususkan mengenai blog ini Seperti yang saya selalu bilang Bahwa blog ini sebenarnya saya tujukan Sebagai sebuah jurnal pola pikir saya Sehingga tulisan terdahulunya dapat saya jadikan Sebagai tolak ukur kedewasaan saya dalam menghadapi suatu masalah. Tapi saya lihat konsep itu tidak pernah berhasil. Saya pada akhirnya selalu menulis apapun yang saya mau Sesuai dengan apa yang saya rasakan. Saya berulang kali mengacak-acak blog ini, Menghapus semua tulisannya dan kadang mengedit hanya sebagiannya Dan itu menjadikan saya sendiri kesulitan untuk mempertahankan tujuan berkesinambungan itu. Sejak masuk kuliah saya memang merasakan banyak hal yang berbeda Dan itulah salah satu alasan mengapa konten blog ini campur aduk. Dengan tidak konsistennya blog ini saya juga menyadari Bahwa audiens blog ini sudah berkurang sekarang, Yaa meskipun memang dari awalnya sedikit, Namun mendapatkan audiens setia yang selalu membaca apapun Yan

Sesuatu yang Berharga

Ini tentang buku yang selalu dibuka tiap kali pulang ke rumah, Yaitu buku tahunan, satu-satunya dokumentasi masa SMA yang ku punya sekarang, Sekaligus sarana untuk pergi secara instan ke masa lalu. Disana masih tersimpan banyak misteri yang belum terungkap (atau mungkin terlupakan?), Seperti kenapa dulu aku tiba-tiba memutuskan masuk paskibra. Apa yang membisiki telingaku dan apa yang jadi motivasiku saat itu aku tidak mengingatnya lagi, atau mungkin aku sudah lupa tentang hal itu. -Halaman Ekstrakurikuler- Aku masih ingat forum paskibra yang pertama saat itu Dikelilingi senior kelas 3 yang sudah sangat dewasa membuatku ingin juga seperti mereka. Dulu, aku bukan aku yang sekarang, Aku yang berbehel gigi, pasif dan pemalu bisanya cuma diam, senyum, dan jalan menunduk. Kelas satu terpilih sebagai salah satu pengurus inti paskib ’13 dan pengurus MPK Kelas dua terpilih sebagai ketua MPK sekaligus duta pelajar smansa. Aku bisa bilang titik perubahanku

Jika dan Hanya Jika

Aku kira kita sudah menyelesaikan semua urusan kita, Dan sebenarnya memang kita tidak pernah memulai apapun. Aku harap kita bisa bertindak biasa saja Seperti kamu berteman dengan teman laki-laki mu lainnya, Seperti aku berteman dengan teman perempuan yang lainnya, Jika memang memutuskan untuk tidak ada lagi rasa, Bukankah seharusnya memang kita bertindak biasa saja? Hanya dari bahasa tubuhmu pun aku bisa tahu, Kamu mencoba menghindariku. Aku paham tentang jarak wajar laki-laki dan perempuan Tapi kenapa mesti seperti itu? Dan kenapa mesti sejauh itu hanya kepadaku? Aku tahu cerita kita sudah usai sejak lama, Cerita yang usai bahkan sebelum semuanya dimulai. Tentang ku yang selalu mengejar bayanganmu, Bayangan yang secara bersamaan juga selalu menjauh dariku. Aku ingin semuanya kembali saja seperti dulu, ‘Dulu’ saat aku dan kamu hanya jadi teman biasa. ‘Dulu’ saat senyum dan gelak tawa kita tidak bercampur rasa. ‘Dulu’ saat kita beb

Yang Masih Berarti

Sore itu kita kembali bertemu, setelah beberapa waktu ini Di sebuah pinggiran danau yang memantulkan cahaya jingga Tidak ada orang lain disana, hanya kita Aku, seseorang yang selalu berusaha untuk menjadi bagian dari hidupmu Dan kamu, seseorang yang tidak pernah membalas perasaanku. Aku tidak yakin ini hanya mimpi atau kenyataan, Yang pasti, senyum yang kau sematkan itu terasa sangat nyata, Masih membuat dadaku sesak dengan kilas balik masa lalu. Senyum yang menurutku masih jadi yang paling indah, Senyuman yang jadi alasan mengapa aku selalu jatuh hati padamu. Aku merasakan tanganmu meraih tanganku, Setengah sadar, aku hanya mengangguk mengiyakan kata-kata yang kamu katakan padaku. Terdengar samar, telingaku hanya mendengar dengungan bernada kencang sedari kita berjumpa. Aku yakin barusan itu kamu minta maaf, dan memang sudah sejak dulu aku sepenuhnya memaafkanmu. Kemudian tanganmu mulai bercahaya, Merambat ke badan hingga cahaya itu menutupi