Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Badai masih di sini

Disaat orang lain memikirkan bagaimana Caranya menjadi lebih baik, Saya masih di belakang berusaha jadi baik. Ketika yang lain sudah sibuk Membuat orang lain bahagia, Saya masih di sini mencoba bahagia. Saya kurang bersyukur, Saya kurang menghargai apa yang diberikan Kepada saya. Itu terus yang saya dengar Dari dalam kepala saya. Jika orang lain ada di posisi saya Maka saya jamin mereka akan bahagia. Masalahnya bukan hanya perkara Mau atau tidaknya saya bahagia, Jelas saya ingin bahagia. Masalahnya saya masih ragu Apakah saya pantas Untuk mendapatkan kebahagiaan. Meskipun ada banyak hal, Banyak alasan di hidup saya Agar tampil bahagia, Saya terus merasa saya kurang cocok Untuk mendapatkan ini semua. Saya bersyukur, Tapi saya ragu apakah orang seperti saya Boleh untuk bahagia layaknya mereka. Pikiran seperti itu dan juga Keadaan sibuk saya sekarang Terus meyakinkan saya untuk diam. Rasanya ingin selalu diam, Jarang muncul, lalu tidak pernah muncul, Hingga akhirnya tidak ada yang sadar B

Tingkat kesulitan meningkat

Ketika saya kira hidup akan berjalan Lebih lambat setelah saya kerja, Tempo semua hal di dunia ini Seketika makin cepat. Mereka yang pandai beradaptasi Adalah pemenangnya, Mereka yang terlambat berubah Akan ketinggalan dan terlempar Dari sistem yang menuntut sinergi ini. Entah memang ekspektasi saya yang Terlalu berlebih-lebihan tentang kerja Atau karena memang dunia kerja Dari dulu memang selalu menghukum Mereka yang susah ditempa. Dunia, dunia, dunia. Segalanya tentang material kita kejar, Jabatan, barang mewah, uang melimpah. Kadang tanpa terpikir bahwa semua itu Bisa lenyap jika Tuhan menghendaki. Saya hanya manusia biasa seperti kalian, Maksud saya, saya lebih 'biasa' dibanding Kalian yang selalu serba bisa. Ketika kemampuan dasar saya tidak bisa Memenuhi apa yang jadi tanggungjawab, Maka tidak ada lagi yang bisa saya andalkan. Saya malas bekerja, Saya tahu seharusnya saya bersyukur Dan memberikan usaha maksimal saya, Tapi kalau saja saya tahu bebannya Seberat ini, mungkin

Selangkah mundur

Hidup ini akan sulit kalau kita tidak punya Tujuan yang menjadi alasan kita Untuk selalu bangun pagi dan kerja keras. Setelah merenungkan apa yang benar-benar Saya inginkan di masa mendatang, Akhirnya saya menemukan alasan saya Untuk terus menjalani hidup, setidaknya Hingga keinginan saya tercapai Dan mungkin saya akan menemukan Mimpi-mimpi lainnya yang ingin Saya capai di kemudian hari: Saya tidak ingin hidup kaya,  Tapi saya ingin hidup berkecukupan. Kaya itu relatif, harta itu hanya titipan Dan saya tidak ingin terlalu melekat Hingga punya rasa 'memiliki' sesuatu Di dunia yang segalanya milik Tuhan. Saya tidak ingin jabatan tinggi, Cukup jabatan yang amanahnya Bisa saya lakukan dengan baik. Saya mungkin tidak ingin sampai S3,  Saya bahkan belum kepikiran S2. Pendidikan formal saya tempuh Jika memang itu dibutuhkan pekerjaan. Rumah sederhana, mungkin mobil Kalau saya memang butuh, Tabungan cukup untuk keadaan darurat, Dan tidak ada barang mewah jika Memang tidak benar-benar b

Satu kata

"Apa susahnya merubah diri?" Kata saya, yang masih belum berubah Sejak empat tahun lalu mencoba Jadi diri yang lebih baik. Antara ada yang salah dengan diri Atau memang kita tidak akan Merasakan apa yang berubah dari kita, Namun hanya orang lain yang bisa. Saya malah masih merasa seperti Anak sekolah menengah, Masih suka santai, main dan tiduran. Lalu apa sebenarnya yang berubah Ketika kita sudah "berubah"? Apakah saya melihat semua dari Sudut pandang orang tua? Apakah saya punya monolog Yang lebih dalam lagi ketimbang sekarang? Saya sudah berusaha berubah, Adakah yang berubah dari saya? Atau saya masih orang yang sama Dari zaman sekolah menengah Yang suka sekali jadi badut di komunitas? Kenyataannya iya, saya masih suka Mengorbankan harga diri dan muka Untuk menghibur orang lain, Saya masih terlalu keras berusaha untuk  Membuat orang lain tertawa Sampai saya lancar edit foto. Mungkin itu satu yang bisa saya ubah Agar saya jadi lebih berwibawa Dan tidak kekanak-kana

Entah sampai kapan

Mungkin betul kalau saya menyesal Atas apa yang saya lakukan dan katakan. Saya menyesal telah memutus jembatan Yang sudah dari dulu dibangun bersama, Sampai akhirnya tidak ada jalan untuk kembali. Mungkin benar kalau saya Kurang memperhitungkan dampaknya, Dengan ego saya putuskan secara sepihak. Mungkin kita bisa saja bersama dengan Keadaan yang tidak berubah. Mungkin. Banyak kemungkinan itu Tapi hanya satu yang saya yakin, Kalau ini memang jalan yang tepat Untuk saya dan juga kamu. Saya ingin memperbaiki semuanya, Tapi jika memang takdir di masa depan Mempertemukanmu dengan orang lain, Maka setidaknya saya sudah berusaha. Tidak apa, bahagiamu mungkin Tidak akan sepenuhnya jadi Kebahagiaan saya. Tapi setidaknya kamu bahagia Meski bukan dengan saya, Hanya itulah yang terpenting bagi saya. Saya memang bodoh kalau urusan ini, Mulai sekarang kamu bisa panggil saya Manusia bodoh.