Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Tujuan... tujuan...

  Entah harus berapa kali saya tanyakan pada diri saya siapa saya sebenarnya, apa tujuan saya dan  apa yang menjadi motivasi saya di hidup ini. Bolehlah kalau orang bilang kalau hal seperti itu seharusnya sudah jelas dari awal kita berdiri dan melangkahkan kaki pergi dari rumah. Tapi tiap langkah yang saya tapaki dan setiap kerikil yang saya pijak seolah membuat saya merasa kalau saya baru saja terlahir di bumi ini detik lalu. Tiap kali jarum jam dinding itu berdetik ada satu segmen ingatan yang kembali pudar apabila saya tidak menggalinya lagi. Setiap saya terbangun dari tidur saya merasa bagaikan sebuah komputer yang direstart berdiri di tengah jalan yang dipenuhi kabut tidak bisa melihat kemana harus melangkah kecuali jalan maju. Ada banyak suara yang berteriak menyemangati suara-suara itu ingin saya terus maju tapi saya tidak tahu darimana datangnya dan kemana sebenarnya saya harus melangkah. Ada kilatan-kilatan wajah yang terlintas di benak sesekali Wajah-wajah yang juga membuat d

Fragmen 4: JPO

Pukul 23.00. Teman-teman kos sudah terlelap kota besar ini juga mulai redup sinarnya. Saya memutuskan keluar berjalan kaki. Belum tau tujuannya kemana dan untuk apa, hanya ingin berjalan menikmati angin malam diluar sana. Menuju JPO dekat alfamidi. Tidak terlihat seorang pun di sepanjang jalan haji yahya. Saya tidak takut lagi dengan penampakan ataupun orang jahat. Semenjak ada sosok kakek tua misterius datang menemui saya jam 3 pagi di kosan dulu itu, rasanya tidak ada yang bisa lebih aneh dan lebih mengejutkan saya dari itu. Saya mampir sebentar di alfamidi padahal tidak tahu mau beli apa, melihat satu persatu barang di setiap rak-rak berharap menemukan label harga yang berwarna kuning dengan diskon besar, tidak saya temukan. Berdiri di JPO tengah malam meskipun sesuatu yang berbahaya adalah hal yang cukup menyenangkan. Kamu bisa melamun memikirkan apapun sambil melihat kendaraan lalu lalang, ditemani angin yang kadang menusuk tulang. Pikiran saya mulai berlarian, terlalu banyak yang

Fragmen 3: Pedagang

Sudah sekitar tujuh bulan Saya jauh dari rumah, Jauh juga dari keluarga Dan teman-teman semua. Banyak hal yang saya rindu juga tentang Jakarta dan seisinya, Sisi hangat dari kota metropolitan Yang setiap sudutnya padat. Salah satunya pedagang-pedagang Yang hampir setiap hari berhubungan Dengan saya saat saya keluar kos. Bagaimana kabar abang bubur itu? Bubur dekat warsun yang abangnya Hafal betul apa yang biasa saya pesan: Bubur lengkap pakai sate telur dua. Lalu pakde sayur yang di jembatan? Apakah beliau sadar berkurang Satu orang pelanggannya yang biasa Beli bahan lengkap untuk tempe orek? Apa kabar bapak-bapak penjual sate  Di bawah yonkoret itu? Disini saya belum menemukan Sate kambing seperti yang biasa Saya beli dari bapak. Lalu kabarnya mbak penjual ikan  Di pasar sawo yang pasti ingat saya  karena saya selalu beli ikan tongkol? Bapak nasi Padang di tanjakan bonasut? Abang penjual buah depan kampus? Bang oedin penjual bubur? Abang geprek kokoro? Abang martabak JPO? Akang teteh