Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Harapan dan Kenyataan

Berapa kali ya aku pernah benar-benar jatuh cinta?  Dua kali jatuh cinta sebelumnya kah?  Oke sekarang aku tahu dia adalah cintaku yang ketiga. Disinilah aku, melamun di tepian sungai yang berair coklat keruh  dengan suasana gelap dan sepi.  Rindangnya pohon di belakangku dapat melindungi tubuhku  dari teriknya matahari jika saja ini adalah siang bolong,  tapi kali ini malam yang membawaku duduk di sisi sungai  menikmati bintang dan bulan di atas sana  sambil memandangi kelap-kelipnya lampu gedung bertingkat jauh di kota sana. Ini bukan kali pertama aku pergi kesini hanya untuk mengosongkan fikiranku,  dulu aku sering kesini saat merasa sedih dan  tak ada yang menurutku bisa menenangkanku.  Penduduk sekitar berkata bahwa ada seekor  buaya putih jelmaan siluman jahat di sekitar sini, aku tak percaya,  karena aku pernah bermalam disini beberapa hari dan tak menemukan apa-apa. Bermodalkan senter, korek api dan kantung tidur  aku pergi ke tepi

Yang Dipikirkan dan yang Dirasakan

Tak biasanya aku masih terbangun selarut ini,  apa yang sedang kau lakukan wahai otakku?  Apa kau belum lelah terjaga semalaman begini? *** Hah, akhirnya aku bosan juga bermain Call of Juarez di laptopku,  masuk ke ruang keluarga ku nyalakan televisi dan mencari stasiun tv  yang masih menyiarkan program mereka.  Aku tak terlalu suka dengan pertandingan bola yang pemainnya  Negara yang tak ku jagokan, juga dengan sinetron  dan siaran joged-joged tak jelas lainnya.  Tapi selain acara-acara itu aku tak menemukan  film box office luar negeri yang aku cari,  jadi segera kembali ku matikan televisi itu. Kembali aku ke kamarku setelah mematikan lampu di dalam rumah  dan mengunci semua pintu masuk ke rumahku ini.  Ku kecilkan volume laptopku karena kedua adik dan kedua orangtuaku serta nenekku tercinta  sudah pergi ke alam mimpi. Melihat film-film movie Kamen Rider tengah malam begini asik juga rupanya. Terlepas dari semua senyum dan kebahagiaan

Yang Kedua, yang Mengabaikan

Aku telah berdiri disini kira-kira sejak 3 jam yang lalu,  baru kali ini aku rela mengabaikan auman perut  yang begitu suram jika benar-benar kudengarkan.  ada hal lain yang lebih penting yang harus aku lakukan daripada  memasukkan makanan kedalam lambungku melalui mulut ini.  Ya. Menunggu seseorang. Menyebut ini ‘Berjemur’ mungkin lebih tepat,  di pinggir jalan dengan wajah yang kian kemari seperti orang hilang.  Tak terhitung sudah berapa banyak angkutan kota yang  berhenti dihadapanku dan bertanya apakah aku akan naik atau tidak,  hanya kujawab dengan gelengan kepala, ah maafkan aku pak supir,  tapi tenggorokanku rasanya sudah sangat kering dan tak sanggup berbicara sepatah kata pun. Membosankan sekali, kulihat layar handphone ku  dan tak melihat satupun pesan masuk ataupun panggilan tak terjawab.  Membuka semua aplikasi media sosial dan mendapatkan hasil yang sama.  Aku mulai gelisah dengan semua ini. Sayang sekali ya, aku masih sangat ing

Aku, Tadi Malam

Ini bukan malam yang terasa nyaman untuk belajar,  lagi-lagi aku mengesampingkan pelajaran karena memikirkan dia.  Tak masalah.  ‘Kan masih libur. Aku sendiri tak tahu kenapa malah memikirkan hal  yang seharusnya masih jauh untuk ku fikirkan.  Bukan. Bukan memikirkan tentang  ‘bagaimana jika pangeran itu kembali pada beauty dan dia menerimanya?’ tapi aku lebih memikirkan  ‘bisakah aku berubah dari manusia buruk rupa  menjadi sosok pangeran yang lebih baik di masa depan?’  Tidak ada salahnya kan jika aku tanyakan itu pada diriku sendiri,  aku ingin memastikan apakah aku bisa menjawabnya atau tidak. Seorang Diplomat , Dokter , Taruna penerbangan , Arsitek , Teknisi , atau Seorang Guru ? Aku bingung apa aku sanggup memilih  salah satu dari semua profesi itu? Kapan aku akan memutuskannya? Hmmm..  Mungkin aku harus mendiskusikannya dengan Orangtua dan Guru BP di sekolahku,  aku tak ingin menjadi seorang yang mengecewakan nantinya.

Aku, Hari Ini

Hari ini aku hanya duduk terdiam  didepan teras rumahku,  memandangi awan yang ceria bercanda tawa  dan menikmati hembusan angin  yang menggelitik sel-sel saraf tepi di epidermis kulitku ini. Bukan karena memikirkan nilai rapor yang kurang memuaskan,  bukan pula merenungi ‘bagaimana masa depanku nanti?’  dan ‘apa pekerjaanku kelak?’.  Entahlah aku hanya sedang tak ingin peduli dengan mereka saat ini,  maafkan aku.  Aku seperti digerayangi sesosok mahluk halus,  dia tidak masuk melalui titik lemah seperti Jin dan Syetan  namun dia masuk melalui hatiku  hingga akhirnya sampai di fikiranku dan mengganggunya.  Kupeluk erat tubuhku sendiri sambil menaikkan kakiku ke atas kursi,  dingin sekali pagi ini. ***** Beauty Beauty Beauty---tunggu dulu,  sebenarnya aku ini kenapa?  Bukankah dahulu aku mencoba melupakannya?  Lalu mengapa sepintas tadi aku merindukan  tawa ceria yang khas dari dirinya?  Aku bahkan masih ingat ketika teman-temanku

Beauty and the Beast

Beberapa bulan belakangan ini  sebenernya saya coba buat lupain kamu. Kamu yang gabisa tinggalin dia  memojokan saya buat lupain kamu. “Jadi selama ini, saya cuma temenin kamu  buat nungguin dia doang?” Oh Dear,  sang pangeran akhirnya datang  dan kemudian beauty melupakan beast  yang udah bersama dia sebelumnya.  Bukan!  Bukan kayak gitu endingnya film  Disney “Beauty and the Beast” mah! ************* Meski begitu saya bukan  tipical cowo yang segitu fanatic-nya  untuk dapetin seorang cewe,  kalo kata orang sih ‘ Kayak gaada cewe lain aja’  tapi itumah kan kata orang,  realitasnya ya emang  cuma dia cewe yang bikin saya rela  lakuin apapun. “Mengagumi tanpa dicintai” Asal kamu bahagia di kehidupan kamu  dengan dia, rasanya tak masalah.  Mungkin itu yang ada di fikiran saya.  Saya memang belum pernah katain apapun  tentang perasaan saya sebenernya ke kamu.  AKU MENCINTAIMU LEBIH DARI YANG KAU TAHU MESKI 

Keep Smiling...

Terus, maksudnya hubungan kita selama ini artinya apa?  Atas semua perhatian, kepedulian,  dan kebaikanmu itu padaku?  Lalu, kenapa kamu tidak berterus terang padaku  kalau kamu sudah punya pacar?" "Aku cuma peduli sama kamu, aku selalu ada untuk kamu  karena aku sayang dan takut kehilangan seseorang sepertimu.  Tapi bukan berarti aku cinta sama kamu,  dan aku kira kalau aku menjelaskan tentang status hubunganku itu  tidak begitu penting untukmu...." *** Harapan palsu itu membuat sakit,nyesek,  dan bikin galau.  Bahkan bisa mengakibatkan  trauma dengan yang namanya cinta.  Namun sesungguhnya,  cinta bukan sebuah kepastian belaka.  Cinta adalah sebuah bukti dari semua harapan.  Tetapi, cinta itu bukan berarti selalu indah.  Sesungguhnya sebuah cinta abadi  adalah gabungan antara berbagai rasa  yang menjadikannya saling melengkapi perbedaan,  yang membuatnya berbeda dari cinta lainnya….