Berapa kali ya aku pernah benar-benar jatuh cinta?
Dua kali
jatuh cinta sebelumnya kah?
Oke sekarang aku tahu dia adalah cintaku yang ketiga.
Disinilah aku, melamun di tepian sungai yang berair coklat
keruh
dengan suasana gelap dan sepi.
Rindangnya pohon di belakangku dapat
melindungi tubuhku
dari teriknya matahari jika saja ini adalah siang bolong,
tapi kali ini malam yang membawaku duduk di sisi sungai
menikmati bintang dan
bulan di atas sana
sambil memandangi kelap-kelipnya lampu gedung bertingkat
jauh di kota sana.
Ini bukan kali pertama aku pergi kesini hanya untuk
mengosongkan fikiranku,
dulu aku sering kesini saat merasa sedih dan
tak ada
yang menurutku bisa menenangkanku.
Penduduk sekitar berkata bahwa ada seekor
buaya putih jelmaan siluman jahat di sekitar sini, aku tak percaya,
karena aku
pernah bermalam disini beberapa hari dan tak menemukan apa-apa.
Bermodalkan senter, korek api dan kantung tidur
aku pergi ke
tepi sungai ini untuk menumpang tidur.
Kupakai kantung tidur setelah menyalakan
api unggun didekatku.
Aku terkejut saat handphoneku berbunyi, ternyata itu
hanyalah nada tanda chat whatsapp,
aku memang sedang menunggu balasan percakapan
dari orang ini,
lebih tepatnya sedang menunggu sebuah “Jawaban”.
‘Maaf ya, kamu tau
kan aku gabisa kasih perasaan lebih ke kamu? Aku udah coba buat taruh perasaan
ke kamu tapi gabisa, hati ini masih berdetak buat dia, begitu juga cinta
milikku seutuhnya’
Mungkin hanyut terbawa sungai karena patah hati
akan menjadi
berita yang sangat menarik,
tapi aku mencoba untuk membacanya kembali khawatir
ada yang salah dengan mataku.
Tidak. Ini memang kenyataannya. Aku tak ingin
melihatnya lagi,
lantas kulempar benda menyebalkan itu ke sungai.
Ku rebahkan
tubuh ini di atas batu datar yang sangat besar dan menahan tangis.
Benar saja
apa yang dikatakan teman-temanku,
kenapa aku tidak mendengarkan mereka selama
ini?
‘Cewe itu semakin lu kejar bakal semakin tinggi dan akhirnya
bakal sakitin perasaan lu seenaknya’
Aku terngiang dengan perkataan Permas yang sebelumnya pernah
ku tulis
di sebuah note book.
Aku terlalu dibutakan oleh cinta mas, maafkan aku
tak hiraukan apa yang kau katakan dulu.
‘Yang gua liat lu terlalu lembek, harusnya cowo itu bisa
tegas walaupun istilahnya dia bukan siapa-siapanya elu. Lu selalu maafin semua
kesalahan dia, tapi dia? Dia ga peduli dengan perhatian yang lu kasih, bahkan
dia pasti berfikir “ah gapapa sakitin aja dia mah, nanti juga dia maafin saya
kok”. Lu diinjek-injek dan dilecehkan oleh seorang cewe mau aja? Kapan lu berubah?’
Fitri selalu katakan itu dengan tegas tapi kenapa aku tidak
pernah pedulikan ini?
Kenapa perkataan mereka baru kuingat saat hal yang tak
kuinginkan terlanjur terjadi?
Maafkan aku temanku, cinta telah butakan hatiku,
kacaukan otakku dan pengaruhi fikiranku.
Apa kalian bisa maafkan aku yang penuh
khilaf ini? Kumohon.
Aku mulai bicara pada diri sendiri. Tak ada yang bisa aku
lakukan untuk merubah ini,
bahkan usahaku selama ini tak dapat mencuri hatinya
sedikitpun.
Dia pernah bilang
‘Aku ga tau jelasnya tapi yang pasti kamu ada di
tempat special di hati aku’.
Meski begitu, aku yakin ada orang yang mendapatkan
tempat lain yang lebih special lagi di hatinya.
Ya. pasti Kaka kelas itu menapatkannya.
Mencoba menenangkan hati dengan menatap langit bertabur
bintang.
Aku bahkan cemburu saat melihat kedua bintang yang berdekatan itu di atas
sana.
Aku lebih baik memejamkan mata.
Berharap saat aku terbangun aku tak lagi
di dunia ini.
Astagfirullahaladzim
apa yang barusan aku katakan...??
Aku harus tetap memperjuangkannya
.
.
.
.
.
.
.
Kan...??
Komentar
Posting Komentar