Langsung ke konten utama

Jaga kesehatan!

Precordial catch syndrome

"Adalah suatu gelaja dimana kamu merasakan sakit menusuk di daerah sekitar dada, rasanya akan semakin parah jika kamu menarik nafas"

Saya baru tahu nama dari penyakit ini.

Sejak kecil saya memang selalu jaga kesehatan saya, tidak merokok, makan teratur, olahraga walaupun kadang cuma secukupnya.

Tapi entah kenapa orangtua saya selalu tidak percaya tentang sakit di daerah dada yang tiba-tiba muncul ini. Katanya saya melebih-lebihkan, overdramatis dan lain-lain. Mungkin karena mereka sering nonton sinetron jadi selalu menyangka yang dadanya sakit itu bakal langsung mati ditempat. Jadi saya selalu dicekoki omongan "jangan ngarang deh, baru sakit segitu aja ngeluh, bla-bla"

Ajaran bapak saya memang selalu keras, mungkin niatnya agar saya tidak banyak mengeluh, tidak leyeh-leyeh dan tidak cepat layu kalau kesakitan dikit-dikit. Tapi sakit dada sampai nafas pun sakit? Gimana kalau ini beneran penyakit jantung? Orangtua saya tidak mau percaya kalau saya mengalami nyeri itu minimal satu atau dua minggu sekali.

Baru hari ini saya tahu penyakitnya, semua gejala cocok dengan apa yang saya rasakan: dada nyeri, sakit saat menarik nafas, semakin sakit saat menarik nafas, sakit saat menggerakan lengan/bagian tubuh sekitar dada.

Biasanya saya cuma bisa duduk diam sampai sakitnya hilang. Saya bersyukur karena penyakitnya cuma sebatas PCS (meskipun mungkin perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut) karena PCS bukan penyakit mematikan dan akan menghilang di usia tua.

Hidup saya akan lebih bahagia kalau dari dulu saya tahu ini bukan penyakit parah, saya selalu takut karena disamping nyeri saya juga sering mimisan, makanya apapun sakitnya saya sarankan untuk periksakan ke dokter yang lebih ahli dari kita.

Tidak ada kata "terlalu hati-hati" dalam menjaga kesehatan, biar orang lain bilang kalau kita paranoid, kesehatan tetap yang paling utama untuk kelancaran ibadah, usaha, kehidupan sosial dan lainnya.

Jaga kesehatan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Makna Kecerdasan

Lebih dari 14 abad yang lalu, para sahabat telah mengetahui mukmin mana yang paling cerdas. Hal itu bermula dari pertanyaan sebagian sahabat kepada Rasulullah. Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits berderajat hasan. Hadits ini dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saat Ibnu Umar duduk bersama beliau. يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ “Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.”  (HR. Ibnu Majah) Orang yang paling cerdas bukanlah orang yang paling tinggi...