Langsung ke konten utama

Give it your all


Hari-hari yang melelahkan adalah hari dimana kamu merasa kamu berjuang sendirian, disamping semua mata kuliah yang memang terasa 'membunuhmu' dari sisi nalar, masih ada yang menikam perasaanmu lebih dari itu. Hal yang menurutku mengganggu ketenangan batin.

Aku ingin berubah, tidak tahu kapan aku bisa berkata bahwa aku sudah berubah, karena yang dinamakan perubahan adalah proses perubahan itu sendiri. Apakah aku belum berubah bagimu?

Aku ingin berubah, karena aku sadar tidak akan ada ketenangan yang aku dambakan dalam kehidupan jika aku stagnan di titik yang sama setiap waktu. Tidak peduli orang lain mengetahuinya atau tidak, tak peduli mereka mendukungku atau justru mencemooh habis-habisan. Aku ingin berusaha dan ikhlas menjalani ini.

Menundukkan pandangan kepada perempuan. Untukku ini yang tersulit, aku adalah kebalikan dari tidak pernah menyapa dan tidak pernah tersenyum jika berpapasan dengan orang yang aku kenal. Apakah teman perempuan ku akan marah jika aku tidak menyapa --bahkan tidak menoleh ke arah wajahnya-- jika kami bertemu? Akankah mereka paham? Atau langsung mengasumsikan bahwa aku banyak masalah, aku orangnya sering depresi, aku orangnya sudah menjadi sombong dan tidak lagi menyapa, tersenyum, bahkan melihat wajahnya?

Aku harap mereka mengerti, aku tidak akan menyapa jika memang tidak ada maksud penting, kecuali jika memang mereka yang menyapa duluan, pasti aku akan membalas sapaan mereka.

Masihkah ada nanti orang yang menganggapku sombong karena aku tidak menyapa duluan? Mengasumsikan aku sedihan karena ekspresi wajahku yang datar seadanya? Menganggapku pengecut karena tidak memulai menyapa duluan?

Wallahualam.

Aku harap tidak pernah ada kesalahpahaman, aku tidak ingin menjauhkan yang dekat dan menambah jarak bagi yang memang tadinya jauh. Tapi aku coba menerapkan apa yang dijelaskan Al-qur'an, karena mengamalkan Al-qur'an adalah salah satu tanda dari sebaik-baiknya manusia, kan?
Aku ingin memperbaiki diri walaupun hanya satu langkah ini dalam sesaat, aku yakin jalan hijrah tidak akan mudah, semakin dekat seseorang ke jalan yang lurus maka tidak akan semakin mudah jalan yang ia tempuh dan justru sebaliknya. Tapi tak apa, aku akan tetap berjuang.

Hanya menceritakan apa yang dirasakan, terimakasih telah membaca.

Komentar

  1. kadang rasa nggak enak emang harus dikesampingkan, kok. Allah yang liat niat kita (semoga ga ngomong doang)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hamasah lillah. Semangat berubah, semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

unfortunate circumstances

I noticed something different about myself, I no longer care about my appearance, I no longer care about people's feelings, Hell I no longer care about other people in general I have burned bridges and become this bitter person that lost the ability to empathize with others. Ada hal yang terjadi ketika kita berada dalam sebuah situasi terlalu lama, kita beradaptasi dengan sekitar kita dan lama kelamaan itu menjadi bagian dari diri kita. Saya tidak pernah membayangkan akan ada di posisi seperti ini begini lamanya. Semua hal di dunia ini jelas terlihat seperti sudah terencana dan terorganisir untuk membuat hidup saya sehambar mungkin sampai akarnya. Semua itu terjadi pada tahapan yang paling kecil dan perlahan yang sama sekali tidak saya sadari sehingga ketika saya mengetahuinya, semua itu sudah terlambat dan sudah terjadi pada tingkatan yang fundamental. Diri saya juga mengalami perubahan mikro itu seiring kehidupan saya yang bertransisi. Rasa empati yang hilang, semangat menjalani

You are not who you think you are

Kita selalu beranggapan bahwa Kita tahu siapa diri kita Mungkin iya dalam beberapa kasus tertentu Tetapi jarang ada orang yang tahu siapa diri dia sebenarnya. Bisa jadi kita beranggapan bahwa kita adalah seorang yang rajin Atau religius, atau pintar, atau senang berolahraga dan lainnya Tapi apa benar begitu? Mendefinisikan identitas diri bukan perjalanan yang semudah itu Identitas diri bukan sesuatu yang kita tahu secara subjektif saja Tapi kita harus melihat dan menguji diri kita secara objektif juga. Artinya kita harus bisa terlebih dahulu menjadi sebuah cermin Yang disana tidak ada lapisan subjektifitas atau pembelaan diri. Dengan memisahkan diri sebagai penilai dan yang akan dinilai Akan terlihat siapa kita sebenarnya dalam level alam bawah sadar Anggapan bahwa kita rajin, religius, pintar dan senang olahraga Akan terbukti atau akan tidak terbukti dengan melihat perilaku kita Bukan dari anggapan atau pengakuan diri kita saja. Sulitnya melakukan evaluasi diri ini adalah kecenderunga

The day after I killed myself

Before anyone wondering, no I’m not suicidal. I’m really afraid to die… but sometimes I couldn’t lift myself up to face this harsh reality either… This note isn’t my last note nor it is my suicide note, or whatever. This note is a closure, something that I needed for a long time, something that will serve me as a reminder that suicide is not a solution but rather another problem that will 100% spawn much more problems for people around me. What I wrote here is only a fiction about what would probably happened if I did end my life. Not to fantasize about dying or anything but this is just a reminder and an EVEN MORE reason why I shouldn’t give in… ============================== The day after I killed myself. The first one who will noticed my disappearance is probably my wife. Not contacting her for longer than 24 hours is already a cue that something is going on. I’ve told her so many times that I’m tired of living our marriage long-distance like this, I want to be by her side al