Langsung ke konten utama

reason



Banyak yang bisa saya ungkapkan sekarang,
Terutama ketika bercermin dan masih saja menemukan diri saya dari tiga tahun yang lalu...
Sepertinya memang sudah seharusnya sejak dulu saya ceritakan ini...

Saya hanya mau minta maaf jika pernah merasa kecewa dan kesal terhadap saya,
Baik dari masa lalu maupun dari yang sekarang-sekarang,
Semua berawal karena saya dan semua itu berakhir karena saya,
Lebih tepatnya karena kebodohan saya.

Ceritanya...
Semenjak kekecewaan saya pertama kali dulu (SMP),
Saya memang berubah, lebih menghindar dari keinginan untuk memiliki seseorang,
Dengan kata lain sejak itulah saya tidak mau lagi pacaran,
Mungkin hanya sekedar berteman saja dengan siapapun...

Sudah dari sana saya tidak berani untuk memberikan harapan kepada siapapun,
Namun, salah saya adalah karena saya mungkin terlalu akrab dalam berteman,
Kesalahpahaman juga terjadi karena menganggap bahwa itu 
adalah bentuk harapan yang saya berikan.
Padahal bukan...

Dan keputusan untuk menjauh dengan pura-pura tidak peka adalah solusi jenius,
Kalau saja saya bisa bertemu dengan diri saya tiga tahun lalu,
mungkin saya akan kasih dia penghargaan decision making 
karena keputusannya yang amat tepat.
Karena dulu belum pernah saya mempertimbangkan apa-apa tentang ini.

(lanjut)
Seiring waktu berjalan,
Akhirnya di SMA saya punya julukan baru: PHP dan PHO.
Predikat Pemberi Harapan Palsu ini diberikan kepada saya mungkin karena
Saya pernah akrab ke seorang perempuan lalu saya pergi menjauh begitu saja,
Padahal memang bukan maksud saya bikin baper atau apa,
dan titel Pengganggu Hubungan Orang pun saya sabet 
karena pernah terlanjur akrab sama pacar orang,
Mohon maaf, dulu itu karena tuntutan lomba makanya akrab, 
sama sekali bukan maksud saya ganggu.

Tiga tahun lalu alasan saya menjauh murni karena saya tidak mau lagi pacaran,
Beda dengan sekarang yang ditambah beberapa alasan 
dan (kayanya, sih) sudah banyak pertimbangan.
Yang saya sayangkan adalah kenapa waktu dulu perasaan itu begitu mudahnya di ekspos.
Padahal, umuran 17-18 tahun sangat jauh dengan pemikiran komitmen serius.

Banyak teman laki-laki saya yang saya tahu pernah punya harapan
untuk menikahi seorang perempuan suatu saat nanti,
mereka itu tipe laki-laki yang sabar menunggu waktu yang tepat,
tidak akan memberitahu isi hati sebelum waktunya,
dan selalu memperbaiki diri serta memantaskan diri mereka.

Namun hampir semua dari mereka akhirnya berhenti berharap
Karena si perempuannya menerima ajakan pacaran (atau hubungan apalah) 
dengan seorang laki-laki.
Sudah jelas perempuan itu akan langsung masuk dalam blacklist mereka.
Padahal jika saja semua perempuan bersedia menjaga hati
dan bersabar menanti siapapun yang serius untuk datang ke walinya,
Tidak akan pernah ada yang namanya kecewa dan patah hati di dunia ini.
Apalagi titel konyol seperti PHP, PHO, dan juga ‘cowok kurang peka’.

Intinya, disini saya ingin beri pengingat khususnya untuk diri saya sendiri,
Untuk tidak melakukan hal bodoh dan ceroboh terutama yang berkaitan dengan perasaan,
Untuk selalu sabar ketika memang belum siap untuk berkomitmen,
Untuk selalu menjaga hati dan lebih mencintai apa yang dimiliki untuk saat ini,
Untuk tidak memberi harapan dan juga tidak menerima harapan siapapun,
Untuk tidak baper dan tidak membaperi siapapun, dan juga
Untuk tidak menyakiti hati siapapun.

Terimakasih telah membaca,
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Hamasah Lillah.

Komentar

  1. Menarik jadi pingin komentar wkwkwk
    1. Jadi menjauh dari seseorang tanpa memberitahu alasan yang sebenarnya itu bagus ya? Pernah gak coba menempatkan dirimu sebagai seorang perempuan itu? Dia pasti akan bertanya-tanya why? Knp dia menjauh? Pasti dia punya gebetan lain? Pasti dia hanya ingin aku berharap dll. Apa salahnya coba ngasih tahu ke cewek itu alasan sebenarnya... ya biar jelas. Soalnya, setahu aku, cewek itu makhluk yang paling kurang jelas hehehe... jadi selalu minta penjelasan. Lha daripada cewek itu berprasangka buruk ke kamu atau parahnya malah masih berharap sama kamu... ya maybe dia tipe husnudzon ngets gitu ya jadi kayak gini "aku percaya kok sama dia, dia menjauh untuk suatu saat nanti pasti kembali ke aku lagi. Langsung datang ke ortuku". Nah loh, jadinya dia malah berharap dan nungguin kamu kan? Mending saranku, kasih tau deh dia dan clearkan masalah itu. Ya... aku juga gak tau sih di pikiran cowok, mungkin aja alasan lain kamu gak ngasih tau karena kamu mikir bakalan lebih buruk jika bilang alasan yg sesungguhnya... contoh bisa jadi si cewek setelah dengar alasanmu cuma bilang "yaudah pergi aja... emang siapa yg ngarepin loe... gak ada lagi... gue juga cuma sebatas kagum. Gak lebih hahaha... gue malah gak mikir loe sampai nyangka klo gue suka sama loe wkwkwk"

    Hmm complicated ya kayaknya... hahaha
    Tapi serius, kamu harus bertanggung jawab atas perasaannya juga... siapa tahu dia justru malah masih nungguin kamu.


    2)Sebenarnya bukan cewek juga kali yg harus jaga hati... well, di mata cewek, kadang juga bingung lho "ih dia (cowok) kok akrab dengan si A, si B, si C. Jangan-jangan punya hub tanpa status atau backstreet malah... waah blacklist ajalah"
    So, kita gak pernah tahu apa yg benar-benar terjadi kan? Kadang yg terlihat mata belum tentu sesuai fakta. Misal, klo aku nulis tentang cinta, apa kamu anggap aku sedang jatuh cinta atau sedang berimajinasi tentang jatuh cinta? Klo aku nulis tentang kematian, apakah kamu juga berpikir aku akan mati? Nggak kan? So, silakan direnungi


    Wkwkwk hanya geli aja pingin komen... lucu... lanjutkan nulisnya!

    BalasHapus
  2. Waaduh wkwkk tanggapan kamu ini hampir nampar balik semua poin yang saya kasih riz haha
    Saya pecah ke beberapa poin ya... dan dari komentarmu saya jadi tahu beberapa kejadian yang ditinjau dari sudut pandang perempuan dan itu sebelumnya saya belum tahu...


    1. Apa menjauh dari seseorang tanpa memberitahu alasan yang sebenarnya itu bagus?
    Kalau menurut pengalaman saya sih bagus dan efektif karena biasanya semenjak dijauhi, seketika orang itu jadi cenderung menjauh juga, memang sih menjauh tapi belum pernah saya perhitungkan kalau ada kemungkinan dia bakal husnudzon sejadi-jadinya kaya yang kamu bilang tadi. Saya setuju kayaknya sama pembicaraan langsung dengan orang yang bersangkutan tentang alasan menjauh buat menghindari salah paham itu, atau dengan kata lain langsung dilabrak (apa ini istilah yg tepat?._.), tapi khusus untuk saya kayaknya saya masih stay di pilihan menjauh diam-diam aja karena bisa jadi cuma sayanya aja yang kepedean kalau dia suka, akhirnya malah orang itu balesnya kaya yang kamu bilang tadi /"yaudah pergi aja... emang siapa yg ngarepin loe... gak ada lagi... gue juga cuma sebatas kagum. Gak lebih hahaha... gue malah gak mikir loe sampai nyangka klo gue suka sama loe wkwkwk"/ dan saya ga mau ambil resiko buat nanggung malu setengah mati karena salah tebak itu wkwk

    Memang sih pergi gitu aja tu kesannya jadi gak bertanggungjawab, tapi kebanyakan laki-laki (yang saya kenal, termasuk saya) pasti mikirnya gini: "walaupun memang bener dia punya perasaan, itu kan bukan salah saya, toh bukan maksud saya begitu kok, jadi apa yang mesti saya pertanggungjawabkan disitu?"...

    Dan alasan khusus yang saya punya adalah untuk keselamatan perasaan saya sendiri. Karena tetap deket dengan orang yang saya kira dia suka sama saya itu, diluar dari bener dia suka saya atau gaknya, lama kelamaan bisa bikin saya baper sendiri (iya, saya emang aneh)


    2. Persepsi setiap orang tentang intensitas akrab itu juga beda-beda sih, mungkin ada yang menilai sering liat orang berdua bareng di lobi kampus itu biasa, dan ada juga yang cuma pernah liat sekali orang berdua lagi ngobrol dibilang akrab dan langsung diasumsikan berhubungan rahasia. Dan sekarang saya baru terdasarkan kalau perempuan juga punya kekuatan dan kesempatan yang sama untuk menilai tingkah laki-laki. Saya jadi watir karena sering upload foto instagram sama temen-temen perempuan... ohno ._.

    Iya, saya sangat setuju, gak cuma perempuan aja yang mesti jaga diri dari kemungkinan tuduhan punya hubungan sesuatu, laki-laki juga harus jaga citra. Tapi kembali lagi sama definisi akrab masing-masing (yang mana itu sangat relatif) dan sejauh mana kita mentoleransi interaksi seseorang sama orang lainnya untuk dikategorikan 'biasa aja' dan 'punya hubungan'...

    Penggunaan blacklist ini usahakan hanya untuk orang-orang yang jelas keliatan punya hubungan sesuatu sama orang lain dan faktanya ada. Kata kuncinya itu 'fakta', bisa dari pengakuan mereka pribadi, dari aktivitas mereka (misal main berdua ke suatu tempat padahal teman lainnya lagi gak sibuk dan bisa diajak), atau bisa juga stalk sosial medianya (cuma ampuh buat yang ga backstreet).

    Dan kalau nilai dari apa yang seseorang tulis di status atau di blognya juga sebenarnya kurang akurat kecuali kalau disitu memang dia blak-blakan bilang kalau dia lagi suka sama si A misal (ya pasti itumah, yakan?) Tapi dari semua cara identifikasi itu, gaada yang lebih baik dari klarifikasi langsung sama orangnya...


    Itu jawaban terbaik saya saat ini, silahkan riz kalau masih ada poin yang perlu didiskusikan wkwk

    BalasHapus
  3. Buset nggak kalah panjang sama pertanyaanku hahaha. Yaaa seperrinya memang masih complicated urusan nomor 1 ini. Dia bisa bikin orang yg ditinggalin itu trauma buat jatuh cinta lagi. Alaaay bet... tpi mungkin terjadi di beberapa tipe cewek. Parahnya klo suatu ketika ketemu orang yg ada miripnya dg orang yg ninggalin cenderung malah yg dijauhi orang yg baru itu karena mungkin lihat wajahnya, lihat apanya gitu ada miripnya jadi inget terus dan pingin nangis terus hahaha. Solusi tengahnya adalah coba temenan deket sama sesama jenis aja. Pernah punya tmn SMP (cowok) yg aku belum pernah lihat dia punya temen deket selain cowok sampe dia dibilang maho wkwk... padahal cewek yg suka sama dia sampai ngantri eeh gak pernah ditanggapi. Dia bisa dibilang cuek bgt dg cinta. Dia lebih suka temenan sama cowok. Kemana mana jalan sama cowok. Main sama cowok, yu gi oh lah atau nonton anime dan topik yg dibahas pun seputar pelajaran dan kurasa dia gak pernah mikiran yg namanya cinta. Wuahahaha nggak tau sih itu dulu... dan yg kelihatan di mataku. Mungkin udah beda dg sekarang atau masih sama ya? Entalah... itu yg kutahu dan emang susah sih nerapin tipe bergaul kayak dia. Tapi kan gak ada yg gak mungkin kan di dunia ini?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

unfortunate circumstances

I noticed something different about myself, I no longer care about my appearance, I no longer care about people's feelings, Hell I no longer care about other people in general I have burned bridges and become this bitter person that lost the ability to empathize with others. Ada hal yang terjadi ketika kita berada dalam sebuah situasi terlalu lama, kita beradaptasi dengan sekitar kita dan lama kelamaan itu menjadi bagian dari diri kita. Saya tidak pernah membayangkan akan ada di posisi seperti ini begini lamanya. Semua hal di dunia ini jelas terlihat seperti sudah terencana dan terorganisir untuk membuat hidup saya sehambar mungkin sampai akarnya. Semua itu terjadi pada tahapan yang paling kecil dan perlahan yang sama sekali tidak saya sadari sehingga ketika saya mengetahuinya, semua itu sudah terlambat dan sudah terjadi pada tingkatan yang fundamental. Diri saya juga mengalami perubahan mikro itu seiring kehidupan saya yang bertransisi. Rasa empati yang hilang, semangat menjalani

You are not who you think you are

Kita selalu beranggapan bahwa Kita tahu siapa diri kita Mungkin iya dalam beberapa kasus tertentu Tetapi jarang ada orang yang tahu siapa diri dia sebenarnya. Bisa jadi kita beranggapan bahwa kita adalah seorang yang rajin Atau religius, atau pintar, atau senang berolahraga dan lainnya Tapi apa benar begitu? Mendefinisikan identitas diri bukan perjalanan yang semudah itu Identitas diri bukan sesuatu yang kita tahu secara subjektif saja Tapi kita harus melihat dan menguji diri kita secara objektif juga. Artinya kita harus bisa terlebih dahulu menjadi sebuah cermin Yang disana tidak ada lapisan subjektifitas atau pembelaan diri. Dengan memisahkan diri sebagai penilai dan yang akan dinilai Akan terlihat siapa kita sebenarnya dalam level alam bawah sadar Anggapan bahwa kita rajin, religius, pintar dan senang olahraga Akan terbukti atau akan tidak terbukti dengan melihat perilaku kita Bukan dari anggapan atau pengakuan diri kita saja. Sulitnya melakukan evaluasi diri ini adalah kecenderunga

The day after I killed myself

Before anyone wondering, no I’m not suicidal. I’m really afraid to die… but sometimes I couldn’t lift myself up to face this harsh reality either… This note isn’t my last note nor it is my suicide note, or whatever. This note is a closure, something that I needed for a long time, something that will serve me as a reminder that suicide is not a solution but rather another problem that will 100% spawn much more problems for people around me. What I wrote here is only a fiction about what would probably happened if I did end my life. Not to fantasize about dying or anything but this is just a reminder and an EVEN MORE reason why I shouldn’t give in… ============================== The day after I killed myself. The first one who will noticed my disappearance is probably my wife. Not contacting her for longer than 24 hours is already a cue that something is going on. I’ve told her so many times that I’m tired of living our marriage long-distance like this, I want to be by her side al