Melamun disini nyaman juga, di pagar koridor kelas lantai
dua
dengan pohon ketapang sebagai pelindung dari sinar matahari.
Angin yang
bertiup dari arah barat ikut menyejukan perasaanku.
Aku teringat dengan suasana
ini, suasana saat aku melamun di lantai tiga
dengan angin yang lebih besar
serta daun yang berterbangan ke arahku.
Jika aku tidak salah,
waktu itu arlojiku menunjukan sudah pukul lima lebih lima menit
dan sudah tidak
ada siapa-siapa lagi selain aku dan pak pulung, penjaga sekolah ini.
Bukanya aku
tak takut dengan kehabisan angkutan umum yang menuju rumahku,
tapi aku lebih
takut lagi jika aku tak menemukan jawaban di dalam hatiku,
jawaban atas pertanyaan
teman-temanku tentang
‘Apakah aku suka padanya?’
Sempat aku bertanya
balik ‘Dia siapa maksudnya?’
tapi teman-temanku hanya tertawa dan segera
berlalu.
Aku tahu siapa yang mereka maksud, dan aku bingung harus menjawab apa.
Di dalam hati ini ada rasa yang bergejolak dan aku bingung untuk menjelaskannya.
Senyumannya selalu teringat di fikiranku tapi aku takut dia tidak menerimaku
jika aku katakan yang sebenarnya tentang perasaanku.
\%$@#@$#^%&^$Aarrgh kenapa sakit
ini harus datang sekarang? Aku harus bergegas pulang dan meminum obat sakit gigi itu, karena aku memakai kawat gigi dan rasanya selalu memilukan.
Masa-masa indah di kelas X itu akan selalu aku kenang,
karena disitulah aku menemukan cinta ke tiga ku. Seorang peri jelita yang aku
panggil Beauty.
Lamunanku terhenti ketika ada yang menyapaku dari belakang,
jantungku berdebar sangat kencang saat senyum peri itu kembali berkembang.
Bayangan
itu lenyap bagaikan asap yang ditiup angin, lagi-lagi aku berkhayal?
Tidak
heran jika aku merindukannya sekarang,
karena cintaku yang ketiga bukanlah
milikku, tapi milik seseorang diluar sana
yang membuatku iri dan sakit hati.
Setelah cinta pertama dan kedua yang benar-benar gagal,
apa aku juga akan gagal
di cinta ketiga ini?
Apakah Dia tercipta ke dunia ini
agar aku memahami arti kehilangan?
Komentar
Posting Komentar