Sepertinya aku salah menentukan apa yang baik untuk diriku
sebelumnya.
Apa aku salah memilih? Atau hanya perasaanku saja itu aku tak tahu.
Sungguh hanya Tuhan yang maha mengetahui segalanya tentang urusan yang aku
rasakan.
Tentang Aulia, kurasa kami benar benar cocok.
Tapi untuk waktu yang
salah.
Aku merasakan sesuatu yang berbeda tetang dia sekarang,
mungkin karena dia memang perlahan menjauhiku
atau mungkin karena belakangan
ini dia sangat sibuk
menyelesaikan urusan lomba yang sedang ia kerjakan, itupun
juga aku tak tahu.
Yang pasti aku melihat cahaya yang ia berikan padaku tak
lagi terang seperti dulu.
Ini adalah hari ketiga ku mengikuti UTS di sekolah,
terimakasih pada-Nya aku masih diberi kelancaran dalam mengerjakan soal-soal
itu.
Belakangan ini aku mendapati banyak sekali hal aneh yang datang padaku,
mulai dari julukan “Playboy” yang seorang teman kelasku berikan padaku
sampai
kembalinya beberapa orang dari masa laluku yang membingungkanku.
Playboy? Bagaimana bisa aku dijuluki seperti itu
disaat aku
bahkan tidak memiliki pacar.
Dan mengenai beberapa orang yang seperti hidup
kembali dalam perjalanan hidupku
aku hanya bisa berkata “Kamu darimana selama
ini?”
dan mendengarkan jawabannya,
jika ia menjawab ‘Aku kembali ingin
menguatkanmu’ mungkin
aku bisa memberi sedikit kesempatan sebagai TEMAN.
Kembali ke Aulia. Setelah beberapa minggu yang aku lalui
bersama dia,
banyak sekali kesan yang aku dapatkan.
Bukan seperti orang lain
yang mengajak janjian di bioskop,
dia mengajak janjian denganku untuk puasa bersama.
Bukan seperti orang lain yang meminta pergi berdua untuk sekedar
bersenang-senang,
dia mengajakku kerumahnya dan memintaku mengajarinya beberapa
pelajaran di sekolah.
Bukan seperti perempuan lain yang tertawa dengan mulut
terbuka dan suara nyaring,
dia lebih sering tersenyum dan menahan suaranya yang
merupakan aurat bagi perempuan itu.
Dia pendiam, dan tentu saja aku yakin ia
bisa menjaga perasaannya.
Lalu mengapa aku bisa ragu padanya?
Tidak, itu bukan ragu. Aku hanya cemburu dengan dia,
fikiranku memaksa untuk negative thinking bahwa
saat dia pergi jauh dia akan
melupakanku dan semua yang pernah kami lakukan bersama.
Aku khawatir dia akan
pergi bersama orang lain pada akhir cerita ini.
Kenapa aku begitu egois?
Begitulah seorang laki-laki yang sedang jatuh cinta.
Tetapi jika pada akhirnya
dia menemukan yang lebih baik dari aku ini,
bukankah aku harus senang?
Karena
itu berarti dia akan lebih bahagia daripada saat ia bersamaku ‘kan?
Selalu saja begini kisah cintaku yang akhirnya derita.
Mungkin sudah takdirku selalu mengikhlaskan sesuatu
yang belum bisa ku pegang
seutuhnya. Maafkan aku jika aku sebelumnya egois.
Tapi perlu kamu tahu bahwa
aku tidak semudah itu merelakan.
Aku juga akan berusaha menjadi lebih baik dari
laki-laki manapun
saat aku bersaing mendapatkan cintamu yang abadi.
Doakan semoga
aku dapat selalu berjuang
dan mempertahankan bunga teratai kita yang sudah
terlanjur tumbuh didalam hatiku ini.
Ya. Bunga kita.
Komentar
Posting Komentar