Dibawah langit hitam ini,
ingatanku kembali lagi.
Kini aku
benar-benar ingat
tentang semua hal yang terjadi padaku dulu.
Seketika aku pun
menangis.
Hatiku lirih berkata rasanya tidak akan mudah melepaskan sesuatu
yang
seharusnya sudah aku buang sejak lama.
Aku berani bersumpah pada hatiku bahwa
aku sudah melupakan semua itu,
tapi hal-hal yang selama ini aku lalui selalu
memaksaku
untuk kembali teringat kepadanya.
Bulan purnama di langit itu sungguh menggores luka lama
yang
sebenarnya sudah tidak ada dalam hatiku sekarang.
Angin malam ini, serta
kunang-kunang di langit malam,
semuanya disana seakan-akan menyudutkanku untuk
terdiam
dan memaksaku untuk teringat kejadian itu.
Cahaya dari matanya yang berbinar
sekarang membayangiku,
canda dan tawa yang dulu kami pernah lewati,
kini
semakin jelas di telingaku,
membuatku semakin hayut dalam tangisan.
Sebenarnya apa maksud semua ini?
Mengapa Tuhan membuatku
untuk teringat kembali
kepada orang yang bahkan tidak pernah peduli denganku
sama sekali?
Apa Tuhan menghukumku karena semua dosa
yang telah aku perbuat
kepadanya?
Ini terasa tidak adil Tuhan!
Seharusnya dia lah yang Kau hukum
karena telah menyakiti cinta tulus dari hatiku ini! Geramku dalam hati.
. . . . . .Hening. . . . . .
Kunang-kunang yang tadi terbang menghasi langit di atas
kepalaku,
mereka akhirnya pergi.
Hanya ada seekor katak di atas batu sebelahku
dan seekor Kupu-kupu putih
yang menemaniku dibawah bulan purnama ini.
Aku
mengahapuskan air mata yang tersisa di wajahku
seraya menarik nafas agar hatiku
tenang.
Bayangan dirinya kembali muncul dalam fikiranku.
Oh Tuhan,
Jika saja aku bisa mengulang kembali waktuku yang terbuang,
maka aku akan berjanji padamu
untuk tidak menyakiti hatinya sedikitpun.
Aku
akan memastikan aku tidak akan melakukan kesalahan bodoh itu
dan selalu menjaga
perasaan hatinya.
Mungkin sekarang dia tidak mengingatku lagi,
dari situ aku
bisa berfikir untuk melupakannya.
Tetapi setiap kali aku mendengar namanya, goresan itu muncul kembali
dan merubah fikiranku untuk berbalik berjuang
mendapatkan hatinya kembali.
Malam ini, sungguh membuatku rindu akan bunga Mawar itu.
Mawar yang tinggal di lembah gunung sebelah utara rawa ini.
Aku bertanya
didalam hatiku,
Apakah dia akan memaafkanku jika aku kembali kepadanya?
. . . . . .Hening. . . . . .
Hatiku mengharapkan dia bisa.
Aku kembali larut dalam tangisanku.
Komentar
Posting Komentar