Dulu aku pernah menerka-nerka apakah aku bisa menemukan
kebahagiaan seperti orang lain diluar sana. Sedangkan aku masih saja terkurung
disini, terpuruk, oleh kelamnya masa lalu dan pengalaman yang tidak pernah
menyenangkan tentang rasa suka terhadap seseorang disana.
Bukankah dari dulu aku pernah bercerita mengenai seseorang
yang terus mengejar orang yang dicintainya walaupun orang itu tidak memiliki
perasaan yang sama? Dan aku membenci orang yang seperti itu? Iya kan?
Tetapi sekarang aku malah menjadi orang yang sama seperti
dia. Terus mengejar sesuatu yang belum tentu akan menolehkan perhatiannya
kepadaku. Lalu mengapa aku malah menjadi seperti itu?
Kita semua tahu jawabannya lah. Cinta. Reaksi senyawa kimia
di otak yang menurutku masih menjadi suatu misteri. Karena tidak banyak yang
aku tahu tentang cinta kecuali perihnya dan sakitnya cinta. Hanya dua itulah
yang selama ini menghujam hatiku.
Mungkin itu
karena aku terlalu banyak berkhayal tentang cinta yang indah.
Lalu kenapa
hanya aku? Kenapa tidak orang itu juga yang merasakan pahitnya jatuh cinta
sepertiku?
Aku tidak
kufur nikmat, aku hanya mengeluh dan mengadu atas kepahitan ini. Bekas luka ini
terlalu dalam untuk sembuh, mungkin butuh beberapa lama untuk itu. Yang pasti
adalah bahwa aku harus bergerak maju dan meninggalkan ini.
Kata orang untuk
mendapatkan hati itu kita harus menjadi orang yang berbeda dari biasanya, saat
aku gagal haruskah aku menyalahkan mereka? Atau aku nya saja yang salah
menerapkan?
Buktinya aku
sekarang masih menjadi pemain figuran yang numpang lewat saat aku berharap bisa
jadi pemeran utama nya.
Hmm… aku fikir aku bisa mendapatkanmu jika aku berusaha dan
berubah. Ternyata aku salah. Aku fikir tidak akan ada yang mencoba mendekatimu
saat kamu berkomitmen untuk sendiri, lagipula, kenapa kamu juga menerima dia?
Kenapa kamu tidak mengutarakan yang sebenarnya bahwa kamu tidak ingin punya
hubungan sampai hubungan yang serius terjadi? Aku masih ingat loh saat kamu
berkata seperti itu, “tidak mau lagi disakiti, tidak ingin lagi menjalin
hubungan yang sia-sia dan sementara”.
Akhirnya kamu merusak perkataanmu sendiri, juga merusak
kepercayaanku bahwa kamu adalah orang yang begitu taat akan agama. Bagaimana
bisa epercayaan seseorang kembali utuh saat sudah dihancurkan sebelumnya? Jujur
saja aku bukan orang yang seperti itu.
Aku hanya berharap aku bisa melupakan perasaan kepadamu ini,
move on, dan merubah pemikiranku tentang wanita, aku tidak ingin mengatakan
“semua wanita itu sama saja” karena mereka sangatlah berbeda. Ada kemungkinan
aku bisa berkata seperti itu karen memang semua wanita yang aku dekati selama
ini semuanya tidak ada yang tidak menyakitiku.
Satu pesanlah untuk kamu:
Jangan pernah kecewakan orang lain demi kebahagiaanmu
sendiri, ada saatnya kita harus merelakan dan mengorbankan sesuatu untuk
sesuatu yang lebih baik, tapi sekarang bukan saatnya, karena kamu masih
pelajar. Aku tidak akan menggunjingmu lebih lama karena aku bahkan tidak
berkata bahwa aku memperhatkanmu, tapi apa salahnya kan menjaga diri juga
menjaga janji agar tidak menyimpang? Bukankah itu yang diajarkan agama kita?
Dan siapa yang bisa aku salahkan disini? Aku tidak bisa
menyalahkan siapapun kecuali menyalahkan diri sendiri yang terlalu percaya.
Pada akhirnya aku hanya seorang remaja yang patah hatinya,
remaja yang hancur perasaannya, karena ekspektasi yang terlalu tinggi terhadar
kamu.
Terimakasih ‘pernah’ menemaniku, bahagialah bersama pacar
barumu.
Aku doakan semoga kamu cepat putus dan kembali istiqomah layaknya sedia kala.
Komentar
Posting Komentar