Langsung ke konten utama

It's Raining...


Dua hal yang menjadi kondisi manusia:
1. Saat kita menyadari bahwa hidup kita ini cukup
2. dan saat kita sadar ada yang hilang dari hidup kita

Dan aku berada pada fase kedua,
Aku menyadarinya sekarang.
Tak kusangka bisa aku jalani hidup ini
tanpa potongan puzzle itu.

Seperti paradox waktu,
Sangat memusingkan dan bisa membuatmu gila.

Mungkin teori sinkronisitas bisa menjelaskannya,
dimana sekecil apapun suatu kejadian akan berimbas
pada kejadian lain di muka bumi.

Bedanya hanyalah bahwa korelasi diantara kami sangat kuat,
namun sayangnya selalu bernilai minus.

Keberadaanku menghapuskan keberadaannya,
kehadiranku meniadakan kehadirannya,
Dia ada, karena aku tiada,
Aku ada, karena dia tiada,

Kalau saja aku fokus kepada masalah ini
untuk beberapa tahun kedepan
sudah jelas aku akan merilis teori baru
bernama 'paradox eksistensi' *BOOM*

Melihat jejakku ke belakang ini
Aku mulai sadar itu semua,
apa yang aku lewatkan.
apa yang sebenarnya aku tak acuhkan.

Bahwa jejak langkah kakiku 
tak berbentuk tapak kaki pada umumnya.
Ia berlubang,
Ia kehilangan landasan pikirnya,
Landasan dari segala landasan kejiwaan.

Pantas saja hari hari bergulir
Rasanya aku sering selewengan melangkah
Aku sering mengambil keputusan salah
Bahkan untuk yang seharusnya bisa dengan mudah selesai

Aku rela melakukan apapun untuk kembalikan cahaya itu
Cahayaku yang menjadi penutur dan pelebur gulita
Aku ingin tenang dan aman didekatnya
Aku rindu dia...

Tolong lepaskan aku 
dari kepalsuan dunia...

Komentar

  1. Hendry, selain jadi ahli statistik kayanya kamu bisa jadi penulis deh..

    Keren2..

    BalasHapus
  2. Aamiin dik, engga pernah kepikiran sih wkwkwk tapi bolehlah, saya bakal berusaha dik buat itu. Makasih yaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Makna Kecerdasan

Lebih dari 14 abad yang lalu, para sahabat telah mengetahui mukmin mana yang paling cerdas. Hal itu bermula dari pertanyaan sebagian sahabat kepada Rasulullah. Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits berderajat hasan. Hadits ini dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saat Ibnu Umar duduk bersama beliau. يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ “Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.”  (HR. Ibnu Majah) Orang yang paling cerdas bukanlah orang yang paling tinggi...