Langsung ke konten utama

Cinta Pisahkan Kita


Ia tidak sempurna,
dan setahuku dia jauh dari harapanku...
Tapi ia selalu dekat denganku,
Mendekat tiba-tiba, memupuk sebuah rasa di dada...

Kami tahu kami berbeda...
Budaya, suku dan lainnya...
Kami tahu takkan saling bersatu,
Tapi cinta memang begitu kan...
Tak pernah kita sangka darimana tumbuhnya hal konyol itu...

Dahulu, kami memang tidak saling mengenal...
Aku pun hanya bisa mengalihkan pandangan seketika saat melihat dia...
Semakin aku palingkan, semakin besar keinginanku untuk mencuri pandangannya.
Dan titik itulah yang kini membuatku berakhir terjebak dalam jeruji perasaan,
Terkurung oleh begitu kuatnya rasa ingin memiliki...

Ya, kami rasa kami sudah saling memiliki saat itu,
Apalagi yang paling sempurna dibanding lengkapnya sebuah perasaan?
Mencinta dan dicinta...
bukankah itu yang kita butuhkan untuk hidup tenang?

Hubungan kami semakin erat...
dan aku mencoba untuk membawanya pada tahap yang serius...

Seperti yang aku duga...
Perbedaan kami tidak begitu ditoleransi oleh semuanya, keluargaku...
Sayangnya mereka mengetahuinya dari satu sisi saja,
Dan tidak pernah mereka menanyakan sisi baiknya...
Bagaimana aku bisa mengelak dari perintah orangtuaku sendiri...

Hmm... Aku rasa itulah akhirnya...
Tidak selamanya perbedaan itu indah...
Perbedaan ini cukup untuk membuatku duduk terdiam,
Berjam-jam hanya mendengar cacian keluarga besarku...
Dan saat itu pula aku merasakan lagi betapa sulit hati seseorang untuk melepas cinta secara paksa...

Melepas seseorang yang padahal baru menumbuhkan cintanya di hati...
Dan parahnya kami berpisah tanpa alasan jelas,
Okey jika mungkin perpisahan itu karena sebuah konflik, atau kecelakaan...
Tapi alasan karena dia tidak sepaham? Ayolah, mam, pak...
Aku sudah cukup dewasa untuk mengerti semua itu...

Sisi terburuk dari semuanya adalah karena kami ada di kelas yang sama...
Bertemu setiap hari,
Menghindar satu sama lain setiap hari,
Seperti magnet berkutub sama selama dua semester penuh...

Itu adalah penyesalan murni yang aku rasakan...
Andai perasaan tidak menunjukkan taringnya,
Pasti aku masih bisa bersamanya setidaknya sebagai seorang sahabat...
Pasti aku masih bisa tertawa bahagia disampingnya sebagai teman baiknya...
Aku tidak pernah merasa begitu salah dalam hidupku...

Karena jatuh cinta kepada perempuan yang berbeda agama...
Mungkin adalah keputusan yang sangat salah...
Tapi aku mohon kamu jangan salahkan cinta,
Cukup salahkan aku yang memulai semua...
Iya, cukup aku saja...

Wahai peri cintaku...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

unfortunate circumstances

I noticed something different about myself, I no longer care about my appearance, I no longer care about people's feelings, Hell I no longer care about other people in general I have burned bridges and become this bitter person that lost the ability to empathize with others. Ada hal yang terjadi ketika kita berada dalam sebuah situasi terlalu lama, kita beradaptasi dengan sekitar kita dan lama kelamaan itu menjadi bagian dari diri kita. Saya tidak pernah membayangkan akan ada di posisi seperti ini begini lamanya. Semua hal di dunia ini jelas terlihat seperti sudah terencana dan terorganisir untuk membuat hidup saya sehambar mungkin sampai akarnya. Semua itu terjadi pada tahapan yang paling kecil dan perlahan yang sama sekali tidak saya sadari sehingga ketika saya mengetahuinya, semua itu sudah terlambat dan sudah terjadi pada tingkatan yang fundamental. Diri saya juga mengalami perubahan mikro itu seiring kehidupan saya yang bertransisi. Rasa empati yang hilang, semangat menjalani

You are not who you think you are

Kita selalu beranggapan bahwa Kita tahu siapa diri kita Mungkin iya dalam beberapa kasus tertentu Tetapi jarang ada orang yang tahu siapa diri dia sebenarnya. Bisa jadi kita beranggapan bahwa kita adalah seorang yang rajin Atau religius, atau pintar, atau senang berolahraga dan lainnya Tapi apa benar begitu? Mendefinisikan identitas diri bukan perjalanan yang semudah itu Identitas diri bukan sesuatu yang kita tahu secara subjektif saja Tapi kita harus melihat dan menguji diri kita secara objektif juga. Artinya kita harus bisa terlebih dahulu menjadi sebuah cermin Yang disana tidak ada lapisan subjektifitas atau pembelaan diri. Dengan memisahkan diri sebagai penilai dan yang akan dinilai Akan terlihat siapa kita sebenarnya dalam level alam bawah sadar Anggapan bahwa kita rajin, religius, pintar dan senang olahraga Akan terbukti atau akan tidak terbukti dengan melihat perilaku kita Bukan dari anggapan atau pengakuan diri kita saja. Sulitnya melakukan evaluasi diri ini adalah kecenderunga

The day after I killed myself

Before anyone wondering, no I’m not suicidal. I’m really afraid to die… but sometimes I couldn’t lift myself up to face this harsh reality either… This note isn’t my last note nor it is my suicide note, or whatever. This note is a closure, something that I needed for a long time, something that will serve me as a reminder that suicide is not a solution but rather another problem that will 100% spawn much more problems for people around me. What I wrote here is only a fiction about what would probably happened if I did end my life. Not to fantasize about dying or anything but this is just a reminder and an EVEN MORE reason why I shouldn’t give in… ============================== The day after I killed myself. The first one who will noticed my disappearance is probably my wife. Not contacting her for longer than 24 hours is already a cue that something is going on. I’ve told her so many times that I’m tired of living our marriage long-distance like this, I want to be by her side al