Saya adalah seorang kakak dari
dua orang adik yang tentu sangat penting bagi saya.
Kata orang, dalam lingkup
keluarga yang paling sulit adalah menjadi seorang adik, karena pasti selalu
dibanding-bandingkan dengan kakaknya dan selalu dituntut untuk mengikuti jejak kakaknya.
Sedikit saja tidak se-‘sukses’ kakaknya, pasti seorang adik akan kena
diskriminasi berupa sindiran dan hal lainnya. Memang, saya sendiri merasakan
bagaimana sulitnya adik saya dalam mengejar mimpinya yang oleh orangtua saya
selalu “diarahkan” harus seperti saya. Inilah salah satu kesalahan parenting, seharusnya orangtua sadar
bahwa ada bakat dan minat yang berbeda dalam semua orang dan orangtua jangan
terlalu memaksakan kehendaknya kepada anak.
Tapi menurut saya yang terberat
adalah menjadi anak pertama. Kenapa?
Karena sebagai anak pertama, saya
merasa tidak punya role-model. Saya
tidak menemukan seseorang untuk dicontoh langkahnya dalam mengejar sukses. Beda
dengan adik yang tinggal mencontek langkah si kakak dan menerapkannya sesuai
kemampuan. Dan anak pertama juga punya misi yang sangat berat, yaitu sebagai
cerminan bagaimana adik-adiknya akan sukses kelak atau menjadi standar sukses
bagi adik-adiknya. Jika anak pertama biasa-biasa saja, maka adik akan
biasa-biasa saja. Jika anak pertama ‘berhasil’ maka itu yang jadi motivasi bagi
adik-adiknya untuk sukses. Tidak jarang juga saat kakaknya biasa-biasa saja
maka adik akan punya motivasi yang kuat untuk lebih baik dari kakaknya.
Yang menjadi masalah bagi
kebanyakan adik adalah mereka terlalu dipaksa untuk menjadi seperti si kakak.
Kalau kamu seorang adik pasti kamu pernah mendengar kalimat “kakakmu aja bisa kayak gitu kok kamu gak
sih?” atau kalimat yang setara dengan itu. Seolah-olah definisi sukses
adalah harus sepenuhnya seperti sang kakak.
Yang kita keluhkan selalu tentang
bagaimana orangtua memaksakan kehendak mereka. Tapi diluar semua itu, mari kita
lihat dari sudut pandang orangtua. Orangtua, kepada semua anaknya tanpa
terkecuali hanya menginginkan mereka dapat ‘berhasil’ dan menjadi lebih baik
dari karir mereka sendiri. Memaksakan untuk sukses adalah sebuah dorongan, saya
yakin orangtua selalu mengiringi itu dengan doanya. Semua saran dan semua
‘paksaan’ orangtua itu sangat baik, namun memang kadang mereka terasa meminta
yang tidak masuk akal karena mereka tidak tahu potensi sebenarnya yang kamu
miliki.
Lalu apa yang harus dilakukan
sebagai seorang adik jika orangtua memaksakan yang sebenarnya tidak masuk akal?
Tentu saja kamu harus membuktikan
bahwa walaupun jalan yang kamu ambil itu berbeda dengan kakakmu, tapi kamu bisa
sukses seperti dia bahkan melebihi itu. Pasti itu akan menjadi keputusan yang
sulit karena akan banyak sekali komentar dari mereka, tetapi disitulah
tantangannya, mengambil keputusan untuk menjadi beda tapi tidak kalah bersinar
dari yang lain.
Kesimpulannya adalah bahwa permasalahan
yang dihadapi setiap orang itu berbeda. Baik itu sebagai kakak ataupun sebagai
adik. Baik itu sebagai orang yang tak tahu arah sukses, ataupun sebagai orang
yang dipaksa mengikuti jalan sukses oranglain. Dan semua masalah itu hanya
dapat diatasi jika kita percaya akan jalan yang kita pilih. Jika kita terus
berjuang dan membuktikan bahwa kita dapat sukses dengan cara yang kita pilih
itu, maka sebenarnya itu adalah bukti bahwa kita percaya pada takdir yang telah
menjadi bagian hidup kita. Karena tidak ada yang bisa merubah masa depan kita
menjadi sukses selain kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar