Langsung ke konten utama

I am barely still here


Menjadi diri sendiri, kata orang....
Menjadi versi terbaik dari diri kita, kata orang....
Tanpa orang-orang itu tahu seberapa sulitnya....

Versi terbaik diri saya, sayangnya belum saya pikirkan.
Hadirlah sebuah pemikiran dimana menuliskan resolusi
untuk menjadi orang lebih baik kedepannya itu jadi sangat membosankan.
Karena kebanyakan kegagalan yang saya alami akibat terlalu tingginya harapan.

Saya sudah menyerah dalam beberapa hal.
Dan mungkin tidak akan pernah ada yang bisa mengubah itu.

Hadir lagi sebuah perasaan yang mengatakan
bahwa semua usaha yang saya lakukan itu tidak ada gunanya.
Untuk apa berjuang, untuk apa peduli...
Disaat kamu tahu semua itu takkan ada artinya sedikitpun.

Mungkinkah itu artinya sekarang saya sudah dewasa dan baru
saja menerima tamparan kenyataan.....??

......

Saya rindu dengan diri saya di masa lalu,
hendry yang selalu berpikir semua bisa dicapai jika kita terus berusaha...
hendry yang selalu punya ambisi dan cita-cita tinggi. dan
hendry yang selalu visioner...

Pandangan saya terhadap dunia seketika berubah,
tak ada lagi hendry ambisius, tak ada lagi hendry visioner...
semua karakter itu hilang dari saya saat saya sadar dunia memang tidak adil.

Beberapa orang di dunia ini ditakdirkan menjadi superior dari yang lainnya.
Jadi seberapapun kamu berusaha, mereka masih menjadi orang yang ada didepanmu...

Saya hanya manusia biasa, maka wajarkanlah saya untuk putus asa
ketika usaha maksimal saya bahkan tidak bisa sebanding dengan usaha minimal mereka.
I fell like i'm just a pebble. Useless and have no value at all...

Sejak disana saya tidak begitu ingin berusaha lagi.
Saya tahu seberapa kerasnya saya berusaha,
akan ada orang yang lebih baik dari saya tanpa ia berusaha keras.
So... why bother trying...

I'm in my lowest point of my spirit right now...
forgive me for i am not perfect...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Makna Kecerdasan

Lebih dari 14 abad yang lalu, para sahabat telah mengetahui mukmin mana yang paling cerdas. Hal itu bermula dari pertanyaan sebagian sahabat kepada Rasulullah. Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits berderajat hasan. Hadits ini dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saat Ibnu Umar duduk bersama beliau. يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ “Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.”  (HR. Ibnu Majah) Orang yang paling cerdas bukanlah orang yang paling tinggi...