Langsung ke konten utama

Sejuta Harapan, Sejuta Masalah


Ditengah sibuknya kuliah,
tentu pernah terpikir ingin jadi seperti apa nantinya kita saat dewasa,
dan semua karakter di saat dewasa itu berakar dari
kebiasaan yang kita lakukan sekarang.

Pengalaman saya, banyak karakter yang gagal saya tanamkan ke diri saya.
Beberapa karakter yang butuh kesabaran, dan beberapa karakter yang memang butuh bakat murni.
Mulai dari karakter ideal pemuda kantoran jaman sekarang, hingga karakter pemuda religius...

Dan pada akhirnya saya tidak bisa memaksakan diri untuk jadi seperti orang lain.
Apa yang biasa saya lakukan ya itulah saya.

Sebagai seorang yang tidak jelas apa tujuan dan keinginannya di masa depan,
saya bisa bicara bahwa menjadi diri sendiri saja itu sudah cukup untuk menghadapi dunia,
hanya butuh skill adaptasi kelas tinggi saja.

Seperti mensyukuri sesuatu yang didapatkan,
Tidak mengeluh ketika diamanahi sesuatu,
Bahkan sesederhana bersabar....
Itulah yang terpenting menurut saya...

Karena sudah terlambat bagi saya untuk mengembangkan trait lainnya,
Sudah pasti kalah dengan orang yang memang berbakat dibidangnya, yakan?

Menulis? Melukis? Mendesain? Olahraga? Fotografi? Akademik?

Disini terlalu banyak standar tinggi di bidangnya yang sangat berbakat,
sangat membuang waktu menurut saya kalau saya harus bekerja keras
di bidang yang asing sama sekali bagi saya.

Ada pepatah seperti ini:
Image result for hard work beats talent
"Kerja keras mengalahkan bakat disaat bakat tidak bekerja keras (berlatih, dll)"

Kata-kata yang saya rasa hanya omong kosong,
Orang berbakat ya pasti juga akan selalu bekerja keras,
karena mereka selalu akan selalu berusaha dengan bakat mereka.
Dan sangat tidak mungkin untuk mengejar mereka.

Setidaknya menurut saya ya sia-sia untuk mengejar ketinggalan karakter sekarang ini,
Cukup mempertahankan dan menyesuaikan karakter yang sekarang dimiliki.

Banyak ruang untuk berkembang, sejuta harapan,
Tetapi akan lebih banyak ruang untuk gagal, juga sejuta masalah.

Saya tidak bilang untuk tidak mengambil resiko dan menjadi pengecut dengan tidak berusaha,
Tapi saya bilang bahwa akan banyak waktu yang terbuang mengejar yang tidak bisa dikejar. 
Karena membuat yang baru kadang kalah dengan mengasah yang sudah ada.

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak atas masukannya ya.

      Saya jadi sadar kalo saya memang kebanyakan ngeluh dan akhirnya meremehkan diri sendiri. Entah kenapa. Mungkin karena disini tekanannya terlalu intens buat saya. Tapi saya bakal coba buat berusaha lebih keras lagi.
      Sekali lagi terimakasih...

      Hapus
  3. Pujaaaa kerrraanggg ajaaiibbbb .....uulluulluulluulluuuuu

    BalasHapus
  4. Mungkin dunia emang ga menganggapmu ada, tapi kamu harus percaya kalo ada yang menganggapmu dunianya. Semangat terus Hendry Alfiansyah~
    Rajin melihat ke atas buat memotivasi diri, tapi rajin melihat ke bawah juga buat bersyukur ya hehe..
    Bahagiain orang di sekitarmu, jagalah mereka yang jelas mencintaimu, jangan terpaku dengan orang yang menjatuhkanmu. Semoga bermanfaat!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

unfortunate circumstances

I noticed something different about myself, I no longer care about my appearance, I no longer care about people's feelings, Hell I no longer care about other people in general I have burned bridges and become this bitter person that lost the ability to empathize with others. Ada hal yang terjadi ketika kita berada dalam sebuah situasi terlalu lama, kita beradaptasi dengan sekitar kita dan lama kelamaan itu menjadi bagian dari diri kita. Saya tidak pernah membayangkan akan ada di posisi seperti ini begini lamanya. Semua hal di dunia ini jelas terlihat seperti sudah terencana dan terorganisir untuk membuat hidup saya sehambar mungkin sampai akarnya. Semua itu terjadi pada tahapan yang paling kecil dan perlahan yang sama sekali tidak saya sadari sehingga ketika saya mengetahuinya, semua itu sudah terlambat dan sudah terjadi pada tingkatan yang fundamental. Diri saya juga mengalami perubahan mikro itu seiring kehidupan saya yang bertransisi. Rasa empati yang hilang, semangat menjalani

You are not who you think you are

Kita selalu beranggapan bahwa Kita tahu siapa diri kita Mungkin iya dalam beberapa kasus tertentu Tetapi jarang ada orang yang tahu siapa diri dia sebenarnya. Bisa jadi kita beranggapan bahwa kita adalah seorang yang rajin Atau religius, atau pintar, atau senang berolahraga dan lainnya Tapi apa benar begitu? Mendefinisikan identitas diri bukan perjalanan yang semudah itu Identitas diri bukan sesuatu yang kita tahu secara subjektif saja Tapi kita harus melihat dan menguji diri kita secara objektif juga. Artinya kita harus bisa terlebih dahulu menjadi sebuah cermin Yang disana tidak ada lapisan subjektifitas atau pembelaan diri. Dengan memisahkan diri sebagai penilai dan yang akan dinilai Akan terlihat siapa kita sebenarnya dalam level alam bawah sadar Anggapan bahwa kita rajin, religius, pintar dan senang olahraga Akan terbukti atau akan tidak terbukti dengan melihat perilaku kita Bukan dari anggapan atau pengakuan diri kita saja. Sulitnya melakukan evaluasi diri ini adalah kecenderunga

The day after I killed myself

Before anyone wondering, no I’m not suicidal. I’m really afraid to die… but sometimes I couldn’t lift myself up to face this harsh reality either… This note isn’t my last note nor it is my suicide note, or whatever. This note is a closure, something that I needed for a long time, something that will serve me as a reminder that suicide is not a solution but rather another problem that will 100% spawn much more problems for people around me. What I wrote here is only a fiction about what would probably happened if I did end my life. Not to fantasize about dying or anything but this is just a reminder and an EVEN MORE reason why I shouldn’t give in… ============================== The day after I killed myself. The first one who will noticed my disappearance is probably my wife. Not contacting her for longer than 24 hours is already a cue that something is going on. I’ve told her so many times that I’m tired of living our marriage long-distance like this, I want to be by her side al