Setelah lelah dari memikirkan rencana akademis jangka panjang, saya jadi kepikiran untuk bahas rencana menikah di masa depan. Tapi memang masih abu-abu dan sama sekali saya belum punya rencana menikah, apalagi kalau ditanya kapan menikahnya, siapa calonnya, apalagi orang mana calonnya.
Lupakan semua itu, saya masih nol dan sama sekali belum pantas untuk membicarakan hal serumit cinta. Saya memang percaya bahwa perasaan yang sebelum-sebelumnya pernah saya rasakan adalah cinta, tapi pada definisi yang sebenarnya, cinta bukan hanya tentang suka sama suka dari hati, tapi lebih, saaaangat lebih dari itu.
Remaja sekarang banyak menganggap bahwa cinta itu sesuatu yang gampang, kamu suka dia, dia suka kamu, orangtua setuju, menikah. Hmmm. Semakin tua kita akan semakin mengerti kalau prosesnya sangat kompleks.
Nampaknya tidak semudah itu (menurut saya), karena sebagai seorang calon kepala keluarga, rasa suka dan kepercayaan orangtua si doi tidak akan cukup. Bagi laki-laki (menurut saya), disamping titel akademik yang harus ada untuk menjamin dapat pekerjaan, perlu ilmu agama dan juga ilmu kehidupan (yang berhubungan dengan segala hal tentang keseharian) dan sekali lagi tidak semudah itu dipelajari.
Dengan ketidaktahuan tentang betapa sulitnya mencintai seseorang, biasanya kebanyakan remaja ya cuma tahunya pacaran saja. Hubungan tanpa komitmen yang kapan saja bisa diakhiri, tidak seru, tidak menantang. Andai saja mereka tahu betapa banyak anak tangga yang mesti dinaiki untuk mencapai titik kepantasan menjadi seorang kepala keluarga.
Karena cinta yang sebenarnya bukan hanya perasaan yang bisa datang dan pergi sekejap mata. Cinta yang sesungguhnya adalah perasaan yang diawali dari perjuangan memperbaiki diri dan memantaskan diri sendiri. Dan saya masih jauh sekali dari itu.
Komentar
Posting Komentar