Langsung ke konten utama

My Precious



Teman, 7 tahun telah berlalu sejak kita dipertemukan. Semoga tidak banyak ya yang berubah dari saya. Seberapapun kerasnya lingkungan baru menempa saya, dari dalam sini saya masih hendry yang kalian tahu: yang gak jelas, bercandaan dan muka datar. Lagipula perubahan itu tidak masalah selama itu ke arah lebih baik, kan?

Saya sangat bersyukur berteman dengan kalian, rasa kekeluargaan yang kalian berikan semenjak saya duduk di kelas 1 sangatlah berbeda dan tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Ada suatu kehangatan tertentu yang membuat saya ingin bisa membekukan waktu agar tetap bersama kalian. Saya percaya kekeluargaan yang seperti ini tidak akan mudah retak begitu saja.

Terimakasih atas semuanya selama ini. Tanpa ragu saya bisa katakan kalau kalian adalah titik awal transformasi saya menjadi diri saya yang lebih percaya diri dan lebih sosial. Semua kepercayaan, amanah, rasa sayang dan kepedulian kalian membawa saya ke titik ini. Sungguh tidak akan sedikitpun saya melupakan kalian.

Dan maaf, maaf untuk semua kata dan perbuatan saya yang membekas di hati kalian, maaf untuk candaan saya yang pastinya kelewatan, maaf karena saya belum bisa jadi teman yang baik, dan maaf karena saya harus pergi merantau jauh dari kalian. Saya janji tidak akan lupa dari mana saya berasal, dimana saya ditempa dan bersama siapa dulu saya berjuang.

Beribu kata syukur takkan mampu menggambarkan perasaan syukur saya kepada Allah SWT karena telah ditakdirkan bertemu dengan kalian. InsyaAllah kita akan bertemu lagi jika sudah waktunya.

Beribu kata terimakasih takkan cukup membalas semua kebaikan kalian. Kalian sangat baik pada saya yang bahkan tidak kalian kenal sedikitpun sebelumnya, terimakasih banyak.

Beribu kata maaf takkan bisa menghapuskan kesalahan yang pernah saya lakukan kepada kalian. Kata dan perbuatan terlintas, sakitnya terasa dan semakin lama memudar, namun bekas lukanya akan tetap ada. Maafkan saya.

Saya berjanji akan menjadi orang yang lebih baik lagi
Saya berjanji tidak akan pernah melupakan kalian
Saya berjanji suatu saat nanti saya akan kembali
Mari kita saling mendoakan ya, teman.

Bismillahirrahmanirrahim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Makna Kecerdasan

Lebih dari 14 abad yang lalu, para sahabat telah mengetahui mukmin mana yang paling cerdas. Hal itu bermula dari pertanyaan sebagian sahabat kepada Rasulullah. Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits berderajat hasan. Hadits ini dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saat Ibnu Umar duduk bersama beliau. يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ “Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.”  (HR. Ibnu Majah) Orang yang paling cerdas bukanlah orang yang paling tinggi...