Langsung ke konten utama

Evaluasi 2020 dan target 2021


2020 secara keseluruhan merupakan tahun yang gila buat saya, banyak hal baru yang mau tidak mau harus dilakukan, banyak episode aneh dan hampir membuat saya betulan gila, namun ada juga beberapa pencapaian di antara semua momen itu.

Hal yang membuat saya melihat 2020 sebagai tahun yang kurang menyenangkan adalah kenyataan bahwa saya harus merantau dan mengubah keseluruhan cara hidup saya. 

Saya memang orang yang mudah menyesuaikan dengan lingkungan, tetapi ketika adaptasi itu dipadukan dengan kesibukan pekerjaan yang baru pertama kali saya lakukan (sulit dan memusingkan bagi pemula), ditambah keadaan pandemi yang juga sangat membuat stres beberapa kali membuat saya drop.

Titik terendahnya ketika saya harus mengerjakan laporan dan sama sekali tidak tidur dan tidak makan dua hari penuh di weekend, hanya air, kopi dan kratingdaeng. Setelah itu saya sakit beberapa hari sampai dijenguk langsung oleh kepala kantor dan kasie serta teman-teman lain.

Semua stres itu juga memaksa saya mengadopsi kebiasaan baru, stress-eating, makan banyak ketika stres yang membuat saya naik 5 kilo dalam sebulan. Tidak ada teman dekat untuk cerita, saya juga tidak ingin membuat keluarga khawatir kalau tiba-tiba saya cerita bahwa saya sedang stres di perantauan.

Lalu secara finansial saya juga belum punya banyak tabungan karena harus membeli banyak perabotan kosan yang ternyata tidak murah. Saking lengkapnya perabotan sampai bu kos bilang kamar saya yang paling lengkap dari semua penghuni kosan wkwk. Karena itulah hanya saat akhir-akhir tahun saja saya bisa menyisihkan sedikit untuk membeli beberapa saham dan emas karena pengeluaran dasar sudah tidak terlalu tinggi.

=====================================

Dilihat dari sisi positifnya, secara garis besarnya saya menjadi lebih mengapresiasi apa yang saya miliki dan saya juga banyak mencoba hal baru. 

Ya memang awalnya sih saya serba mengeluh dan selalu merasa kecil ketika melihat orang lain memiliki sesuatu yang menurut saya lebih baik dari yang saya miliki. Saya sadar saya tidak akan bisa bahagia kalau selalu merasa seperti itu. Mensyukuri apa yang dimiliki adalah kunci kebahagiaan.

PSBB yang terjadi di sekitar maret membuat saya lebih peduli terhadap kualitas hidup saya secara keseluruhan.

Saya lebih sering memasak sendiri dibanding membeli makanan jadi meskipun resepnya masih itu-itu terus wkwk, dan setiap kali coba resep baru pasti saya selalu tanya ibu, apa salahnya cowok belajar masak yakan. Saya juga tertarik dengan kebiasaan kakak tingkat di kantor yang sudah ganti ke beras merah untuk sehari-hari dan tidak lagi makan beras putih kecuali acara kantor/makan bareng.

Kalau dari olahraga mungkin saya kurang banyak aktifitasnya, tapi yang cukup membantu saya turun berat badan lagi dari kebiasaan stress-eating itu adalah intermitten fasting. Singkatnya pola 'puasa' ini supaya membatasi asupan kalori kita, misal 16 jam puasa (boleh minum) dan 8 jam boleh makan, menurut saya ini paling efektif sih buat jaga berat badan.

Hal baik lainnya di 2020 adalah pengalihan pns, juara 2 lomba menulis artikel, dan mendapatkan banyak kenalan baru di perantauan.

=====================================

Target saya di tahun 2021 sebenarnya masih target 2020 yang masih belum tercapai, diantaranya:
1. Membaca minimal satu buku dalam satu bulan
2. BMI ideal (olahraga tiga kali seminggu, makan makanan sehat)
3. Belajar nyetir mobil
4. Lancar Kunci F gitar wkwk
5. Buat ilustrasi/gambar minimal satu dalam satu bulan
6. Perbaiki pola tidur (jam 10 tidur, jam 4 bangun)
7. Bisa kebeli mas kawin minimalnya, syukur-syukur kalo biaya nikahnya juga

Dengan terbiasanya saya sama kesibukan kerja di 2020 dan juga kebutuhan perabotan kosan yang sudah cukup lengkap saya harap saya bisa menyisihkan waktu dan juga uang buat konsiten capai semua target di tahun ini, Aamiin.

Bismillahirrohmanirrohim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

unfortunate circumstances

I noticed something different about myself, I no longer care about my appearance, I no longer care about people's feelings, Hell I no longer care about other people in general I have burned bridges and become this bitter person that lost the ability to empathize with others. Ada hal yang terjadi ketika kita berada dalam sebuah situasi terlalu lama, kita beradaptasi dengan sekitar kita dan lama kelamaan itu menjadi bagian dari diri kita. Saya tidak pernah membayangkan akan ada di posisi seperti ini begini lamanya. Semua hal di dunia ini jelas terlihat seperti sudah terencana dan terorganisir untuk membuat hidup saya sehambar mungkin sampai akarnya. Semua itu terjadi pada tahapan yang paling kecil dan perlahan yang sama sekali tidak saya sadari sehingga ketika saya mengetahuinya, semua itu sudah terlambat dan sudah terjadi pada tingkatan yang fundamental. Diri saya juga mengalami perubahan mikro itu seiring kehidupan saya yang bertransisi. Rasa empati yang hilang, semangat menjalani

You are not who you think you are

Kita selalu beranggapan bahwa Kita tahu siapa diri kita Mungkin iya dalam beberapa kasus tertentu Tetapi jarang ada orang yang tahu siapa diri dia sebenarnya. Bisa jadi kita beranggapan bahwa kita adalah seorang yang rajin Atau religius, atau pintar, atau senang berolahraga dan lainnya Tapi apa benar begitu? Mendefinisikan identitas diri bukan perjalanan yang semudah itu Identitas diri bukan sesuatu yang kita tahu secara subjektif saja Tapi kita harus melihat dan menguji diri kita secara objektif juga. Artinya kita harus bisa terlebih dahulu menjadi sebuah cermin Yang disana tidak ada lapisan subjektifitas atau pembelaan diri. Dengan memisahkan diri sebagai penilai dan yang akan dinilai Akan terlihat siapa kita sebenarnya dalam level alam bawah sadar Anggapan bahwa kita rajin, religius, pintar dan senang olahraga Akan terbukti atau akan tidak terbukti dengan melihat perilaku kita Bukan dari anggapan atau pengakuan diri kita saja. Sulitnya melakukan evaluasi diri ini adalah kecenderunga

The day after I killed myself

Before anyone wondering, no I’m not suicidal. I’m really afraid to die… but sometimes I couldn’t lift myself up to face this harsh reality either… This note isn’t my last note nor it is my suicide note, or whatever. This note is a closure, something that I needed for a long time, something that will serve me as a reminder that suicide is not a solution but rather another problem that will 100% spawn much more problems for people around me. What I wrote here is only a fiction about what would probably happened if I did end my life. Not to fantasize about dying or anything but this is just a reminder and an EVEN MORE reason why I shouldn’t give in… ============================== The day after I killed myself. The first one who will noticed my disappearance is probably my wife. Not contacting her for longer than 24 hours is already a cue that something is going on. I’ve told her so many times that I’m tired of living our marriage long-distance like this, I want to be by her side al