"Kapan kamu nikah?"
"Udah lah nikah sama si Fulana aja"
"Mereka aja udah menikah tuh, kamu kapan?"
"Temen kamu aja ada yang udah punya anak lho"
Topik pernikahan sudah jadi Frequently Asked Questions
di keseharian saya sejak saya masuk dunia kerja.
Tetapi sesuatu yang seharusnya berkesan "menyemangati" sekalipun
lama-kelamaan akan jadi sangat menyebalkan untuk didengar
dan kesannya malah jadi "memaksa" jika terus diulang tiap kali ada kesempatan.
Untuk klarifikasi,
saya tidak anti dengan pernikahan,
saya juga ingin suatu saat nanti menikah.
Tetapi budaya "mengkompori" seseorang untuk menikah
yang berkedok "menyemangati" ini saya rasa sama sekali
tidak menambah semangat saya untuk mengejar pernikahan.
Ketika ada orang-orang yang selalu "memaksa" kamu
untuk mendapatkan sesuatu yang menurutmu belum kamu butuhkan,
kamu akan semakin yakin kalau sesuatu itu benar-benar belum kamu butuhkan.
Seumpama ada seorang sales yang selalu menawarkan pembelian mobil kepadamu
setiap kali kamu melangkahkan kaki dari pintu rumah, dengan kondisi:
- Kamu punya motor yang keadaannya masih baik,
- Kamu punya uang yang lebih dari cukup untuk membeli mobil.
Pertama, upgrade dari motor ke mobil jelas memiliki banyak manfaat.
Kamu bisa bepergian meskipun hujan, bisa mengajak keluarga untuk jalan-jalan, dll.
Tetapi ketika kamu masih merasa cukup dan nyaman dengan motor yang kamu punya,
maka membeli mobil tidak akan jadi prioritas kamu untuk sekarang ini.
Kedua: "lha kamu kan punya modal lebih dari cukup untuk beli mobil,
bahkan sudah mahir menyetir dan merawat mobil, kenapa nggak?"
Pembelian mobil memang tidak akan memberatkanmu dari segi finansial,
bahkan dengan keahlian menyetir dan merawat mobil yang kamu punya
nantinya mobil itu akan memberi manfaat dan terus terjaga dalam waktu yang lama,
tapi ketika kamu benar-benar belum punya keinginan,
maka membeli mobil tidak akan jadi sesuatu yang menarik bagimu,
terlebih ketika kamu masih merasa nyaman dengan motormu itu.
Dua poin perumpamaan itu memang berbeda konteksnya dengan pernikahan,
tetapi poin kuncinya bagi saya sangat identik: zona nyaman dan keinginan.
Ketika kamu berada dalam zona nyamanmu sekarang,
mengejar zona nyaman lainnya akan menjadi prioritasmu yang kesekian
sekalipun ada kemungkinan bahwa zona nyaman yang baru itu akan lebih nyaman.
Dan ketika terbuka kesempatanmu untuk mendapatkan sesuatu yang berharga
tapi kamu belum punya keinginan dan motivasi untuk mendapatkan hal itu,
maka wajar jika kamu belum tertarik sekalipun kamu mampu.
Jujur saya tidak marah dengan orang-orang yang terus bertanya kapan saya menikah.
Justru saya bersyukur punya mereka yang selalu memperhatikan saya.
Saya jadikan pertanyaan menyebalkan mereka sebagai doa sekaligus pengingat
untuk selalu memperbaiki diri sendiri meskipun
saya belum ada motivasi ke arah sana.
Saya percaya akan datang masanya
saya sangat mencintai seseorang
hingga saya memutuskan untuk menikah.
Lalu untuk kamu yang berada dalam posisi yang sama,
saya bersimpati dan mengirim doa agar diberikan jalan yang terbaik ya wkwk
Terimakasih.
Komentar
Posting Komentar