Langsung ke konten utama

Hubat habit hubat habit

 


Membangun dan terus mengusahakan perbaikan diri sendiri adalah tanggungjawab kita masing-masing. Kebanyakan orang mungkin berhenti untuk melakukan itu ketika sudah berada di "zona nyaman". Misal ketika sudah bekerja, menikah, menjadi ayah/ibu dan seterusnya. Ilusi kesempurnaan dan kecukupan itu kadang membuat kita merasa telah "settle" karena sudah puas dengan kualitas hidup yang telah kita miliki.

"Untuk apa sih jadi lebih baik? Kan saya ga ngapa-ngapain juga udah cukup?"
"Gak ada salahnya kan kalau saya di titik ini sekarang?"
"Istri saya terima saya apa adanya kok"

Pernyataan seperti itu sepenuhnya saya pahami, tentu perbaikan diri pun ada batasnya. Justru pemikiran seperti "perbaikan itu seumur hidup" atau "tidak pernah puas" terhadap diri sendiri itu berbahaya dan akan berbalik menajadikan kita malas untuk berbuat apapun.

Bagi saya pribadi, saya masih ingin berusaha jadi diri yang lebih baik lagi. Setidaknya sampai saya merasa kebiasaan/habit saya sudah berjalan otomatis diluar kepala. Beberapa diantaranya yang ingin saya biasakan terbagi menjadi beberapa kategori yaitu: kebugaran, keagamaan, dan hobi. 

Kalau diurutkan berdasarkan waktu dalam rentang satu hari, maka urutannya seperti ini:
  • Bangun pagi
  • Tahajjud
  • Dhuha
  • Stretching
  • Reading
  • -------------> Berangkat kantor sampai pulang
  • Dumbbell training
  • Mengaji
  • Minum suplement
  • Tidur awal
Usaha membangun kebiasaan ini sudah saya jalankan sekitar dua minggu, tetapi saaaaaangat sulit dijalankan secara konsisten sesuai dengan ekspektasi saya di awal. Zona nyaman itu terlalu nyaman, apalagi ketika lingkungan kita tidak menuntut kita untuk berubah. Maka dari itu mungkin seharusnya ada sistem reward-punishment supaya ada motivasi lebih untuk saya menjalankan semua itu.

Beberapa strategi tambahan untuk setiap kebiasaan:

  • Bangun pagi: harus tidur awal dan menghindari ketiduran setelah isya agar tidak terbangun tengah malam.
  • Tahajjud: bangun pagi sebelum adzan subuh.
  • Dhuha, Stretching, dan Reading: tidak tidur lagi setelah sholat subuh.
  • -------------> Berangkat kantor sampai pulang.
  • Dumbbell training: pulang tepat waktu.
  • Mengaji: mandi sebelum sholat maghrib supaya langsung mengaji setelahnya.
  • Minum suplement dan Tidur awal: membiasakan menutup hari dengan membersihkan diri.
Itulah beberapa perubahan dan evaluasi berdasarkan pengalaman saya dua minggu ini. Sebagai penutup tentu saya ingin mengajak pembaca semua untuk selalu berusaha menjadi versi terbaik diri. Tentu tidak setiap hari kita bisa jadi lebih baik dari hari sebelumnya dan itu wajar. Pasti ada hari dimana kita sangat lelah, sangat malas, bahkan kehilangan motivasi untuk melanjutkan usaha kita, biar saja. Kita tidak bisa mengharapkan progres kita lancar dan trennya terus meningkat sempurna, tidak mungkin.

Karena kita manusia, dan karena "ketidaksempurnaan" adalah bagian dari kesempurnaan. Justru progres yang konsisten meningkat dengan semangat yang tidak pernah surut itu sangat tidak realistis. Give yourself some slack, you've done more than enough already!

Jangan peduli berapa kali kita jatuh, berapa kali progres kita mandek bahkan menurun, yang terpenting adalah kita senantiasa bangkit lagi untuk berusaha! Semangat, jangan lupa bismillah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Makna Kecerdasan

Lebih dari 14 abad yang lalu, para sahabat telah mengetahui mukmin mana yang paling cerdas. Hal itu bermula dari pertanyaan sebagian sahabat kepada Rasulullah. Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadits berderajat hasan. Hadits ini dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saat Ibnu Umar duduk bersama beliau. يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ “Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.”  (HR. Ibnu Majah) Orang yang paling cerdas bukanlah orang yang paling tinggi...