Langsung ke konten utama

Berhenti Sejenak



Sudah berapa tahun sejak kita lahir ke dunia ini?
Lalu berapa jam yang kita lalui seiring kita tumbuh dewasa sampai detik ini?
Sampai detik dimana kamu membaca kalimat ini?
19 tahun? 20 tahun kah?

Masalah dan tantangan yang kita lalui
tentu tingkat kesulitannya akan berbeda dari saat kita memulai kehidupan,
saya mau semua dari kita sadar bahwa tidak ada satupun orang yang tidak berarti,
karena semua orang telah berhasil melalui semua masalah itu sampai sejauh ini,
hampir dua dekade ini dan masih akan terus berjalan.

Mungkin masih ada di antara kita yang merasa tak berguna,
menjadi inferior bagi orang lain di sekitarnya,
iya, saya juga merasakan seperti itu,
apalagi ketika pertama kali saya masuk perkuliahan.

Sedikit cerita,
Perkuliahan adalah tempat pertama kalinya saya kenal dengan banyak teman baik,
juga disinilah saya akhirnya kenal dengan istilah 'pencitraan'.
Dan seketika itu dia menjadi sifat yang paling saya benci 
seumur-umur dalam dunia pendidikan.

Oke, mungkin ada juga yang menganggap saya pencitraan
cuma karena saya anggota salah satu UKM pendidikan
yang kebanyakan anggotanya itu mahasiswa yang otaknya cair, kecuali saya.
(sekali lagi bukan loh, ini bukan pencitraan ya -_-)

Jangan samakan saya dengan anggota lain ukm itu yang nilai kalkulus nya A,
mungkin kelebihan saya disitu cuma modal pengalaman organisasi saya semasa SMA dulu.
Buktinya IP saya kecil jika dibandingkan dengan mahasiswa lain di kelas saya,
apalagi kalau dibandingkannya sama anggota UKM itu.

Itulah bahayanya istilah 'pencitraan' 
yang pintar bisa sembunyi-sembunyi berlaga tidak mengerti padahal dia jagonya,
dan yang tidak mengerti bisa dipaksa selalu dianggap mengerti 
karena dia anggota UKM pendidikan misalnya.

Alhasil ya korbannya selalu saya,
jelas terasa di tingkat satu waktu itu,
sulit sekali untuk mendaftarkan diri jadi peserta tutorial kampus (jam tambahan kuliah),
alasannya ya cuma karena saya anggota UKM itu,
dan yang ikut tutor akhirnya malah orang-orang 
yang ternyata dia jago di mata kuliah yang di tutorkan.

Ya itulah ya, yang jago makin jago,
yang belum ngerti tambah uring-uringan.

Nah mulai disitu saya merasa tidak berarti,
saya merasa bukan organisasi yang tepat di UKM pendidikan,
karena saya lambat memahami,
malah saya sempat berpikir kalau kuliah disini memang bukanlah tempat yang tepat.

Masalah yang saya hadapi saat itu
secara simpelnya adalah pesimis,
menyepelekan diri sendiri dan 
menganggap diri bukan apa-apa dibanding oranglain.

Salah satu jalan keluar saya dari itu
adalah dengan berhenti melangkah,
menghentikan waktu sementara dan melihat ke belakang,
bertanya kepada diri sendiri,
sebenarnya saya siapa?
dan apa tujuan saya hingga saya berada di jalan setapak yang saya injak ini?

Maka saya menyadari satu hal,
bahwa saya adalah diri saya,
saya bukan orang lain dan memang sampai kapan pun tidak akan bisa menjadi orang lain.
Saya tersadar kalau membandingkan diri dengan orang lain
sama saja dengan tidak bersyukur atas kelebihan kita.
Karena setiap orang punya sisi lebihnya masing-masing,
mungkin saja mereka kelebihannya di bidang pendidikan,
makanya tidak heran mereka jauh melebihi saya di hal itu.

Sama halnya dengan kebahagiaan,
setiap orang punya kadarnya masing-masing,
ada yang bahagianya ketika membeli laptop gaming puluhan juta,
ada yang bahagianya saat membeli smartphone keluaran terbaru,
baju baru bermerek internasional, sepatu original, jam tangan original, dan lainnya
tetapi ada juga yang bisa bahagia hanya dengan mampu membeli beras dan lauk.

Mungkin karena hidup ini pilihan ya,
semua orang bebas memilih untuk menjadi apapun. 
Tapi jika orang sederhana memilih untuk
membandingkan hidupnya dengan pembeli laptop puluhan juta,
maka dia memilih jalan hidup yang salah.
Seumur hidupnya dia tidak akan menyadari apa yang telah ia miliki.

Saya ingin berkata bahwa sesulit apapun masalah yang kita hadapi kini,
selalu yakinlah bahwa kita pasti bisa.
Lihatlah ke belakang dan sadari bahwa 
kita pernah melewati masalah yang lebih berat dari ini,
bukan untuk menyepelekan suatu masalah,
tetapi untuk meyakinkan bahwa kita sebenarnya 
punya kapasitas untuk melakukan hal yang luar biasa.

Dan untuk itu mari kita hentikan waktu sejenak,
menghentikan semua yang telah kita tapaki hingga titik ini.
lalu melihat ke belakang sana,
agar kita selalu ingat masa lalu,
agar kita bersyukur atas betapa banyak rahmat yang kita terima,
agar kita selalu ingat dengan siapa diri kita,
dan agar kita menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya.

Berhentilah sejenak. . . 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

unfortunate circumstances

I noticed something different about myself, I no longer care about my appearance, I no longer care about people's feelings, Hell I no longer care about other people in general I have burned bridges and become this bitter person that lost the ability to empathize with others. Ada hal yang terjadi ketika kita berada dalam sebuah situasi terlalu lama, kita beradaptasi dengan sekitar kita dan lama kelamaan itu menjadi bagian dari diri kita. Saya tidak pernah membayangkan akan ada di posisi seperti ini begini lamanya. Semua hal di dunia ini jelas terlihat seperti sudah terencana dan terorganisir untuk membuat hidup saya sehambar mungkin sampai akarnya. Semua itu terjadi pada tahapan yang paling kecil dan perlahan yang sama sekali tidak saya sadari sehingga ketika saya mengetahuinya, semua itu sudah terlambat dan sudah terjadi pada tingkatan yang fundamental. Diri saya juga mengalami perubahan mikro itu seiring kehidupan saya yang bertransisi. Rasa empati yang hilang, semangat menjalani

You are not who you think you are

Kita selalu beranggapan bahwa Kita tahu siapa diri kita Mungkin iya dalam beberapa kasus tertentu Tetapi jarang ada orang yang tahu siapa diri dia sebenarnya. Bisa jadi kita beranggapan bahwa kita adalah seorang yang rajin Atau religius, atau pintar, atau senang berolahraga dan lainnya Tapi apa benar begitu? Mendefinisikan identitas diri bukan perjalanan yang semudah itu Identitas diri bukan sesuatu yang kita tahu secara subjektif saja Tapi kita harus melihat dan menguji diri kita secara objektif juga. Artinya kita harus bisa terlebih dahulu menjadi sebuah cermin Yang disana tidak ada lapisan subjektifitas atau pembelaan diri. Dengan memisahkan diri sebagai penilai dan yang akan dinilai Akan terlihat siapa kita sebenarnya dalam level alam bawah sadar Anggapan bahwa kita rajin, religius, pintar dan senang olahraga Akan terbukti atau akan tidak terbukti dengan melihat perilaku kita Bukan dari anggapan atau pengakuan diri kita saja. Sulitnya melakukan evaluasi diri ini adalah kecenderunga

The day after I killed myself

Before anyone wondering, no I’m not suicidal. I’m really afraid to die… but sometimes I couldn’t lift myself up to face this harsh reality either… This note isn’t my last note nor it is my suicide note, or whatever. This note is a closure, something that I needed for a long time, something that will serve me as a reminder that suicide is not a solution but rather another problem that will 100% spawn much more problems for people around me. What I wrote here is only a fiction about what would probably happened if I did end my life. Not to fantasize about dying or anything but this is just a reminder and an EVEN MORE reason why I shouldn’t give in… ============================== The day after I killed myself. The first one who will noticed my disappearance is probably my wife. Not contacting her for longer than 24 hours is already a cue that something is going on. I’ve told her so many times that I’m tired of living our marriage long-distance like this, I want to be by her side al