Langsung ke konten utama

Sebatas Teman


Banyak yang berkata kalau hidup ini
terlalu singkat untuk dilewati sendiri,
Katanya, lebih baik menjalin hubungan
daripada tidak, meskipun hubungan main-main,
Hubungan tanpa ikatan yang jelas.

Ada juga yang berkata hidup ini
terlalu singkat untuk dipakai hanya untuk bersenang-senang,
Sudah semestinya sebagai manusia kita peduli terhadap hal lain,
Selain perasaan kita sendiri tentunya.

Saya setuju keduanya,
tetapi argumen yang pertama punya waktunya tersendiri untuk dilakukan,
harusnya kita, selagi muda, memperbanyak pengembangan diri,
agar kita bermanfaat untuk oranglain kelak.
Jadi singkirkan kata "mencari pasangan"
atau bahkan "menjalin hubungan".

Itulah harapan saya terhadap diri saya dan terhadap dunia,
agar semua dari kita tidak buru-buru untuk menentukan pendamping.
tetapi dalam prakteknya, tidak banyak yang begitu.
Masih banyak yang mengungkapkan perasaan mereka terhadap oranglain
agar orang itu menjadi pasangannya, entah itu pacar, 
atau status tidak jelas lainnya.

Saya, juga pernah seperti itu,
makanya saya juga agak memaklumi orang yang baru jatuh cinta,
tapi bukannya tidak selalu dengan pengalaman pribadi kita bisa berguru?
Apa sulitnya mendengarkan pengalaman oranglain dan percaya bahwa
hubungan semacam itu benar-benar salah.

Coba kita lihat kenyataan,
Memang sih ada sebagian orang yang "sukses" 
menikah setelah 5 tahun pacaran atau lebih,
ada juga yang sampai belasan tahun.
Tapi mereka yang bilang begitu tidak melihat seberapa yang gagal,
berapa orang yang terlanjur ternoda karena itu,
seberapa yang patah hatinya hingga bunuh diri,
dan berapa banyak yang putus asa karena ditinggal pergi.

Tidak, mereka cuma tahu bagian bagusnya 
dan tidak tahu bahkan tidak mau tahu tentang sisi buruknya.
Saya juga merasa malu sih, sering menulis tentang larangan pacaran,
tetapi teman dekat saya sendiri malah jatuh ke arah sana.
Sangat disayangkan, kita berdoa semoga mereka mendapatkan hidayah.

Seperti yang dosen saya katakan,
jodoh pasti akan menemukan jalan untuk hadir di kehidupanmu,
perihal sejauh apa kesiapan kamu tentang kedatangannya, 
yang penting kamu lakukan yang terbaik,
karena jodoh adalah cerminan kita.
Orang baik akan berjodoh dengan orang yang baik pula, 
pasti sudah pernah dengan ini kan?
Maka tidak perlu yang namanya khawatir orang yang kamu suka diambil orang,
sehingga memutuskan untuk berpacaran dengannya sekarang.

Saya pernah pacaran dan satu-satunya alasan yang saya ingat adalah
bahwa orang yang saya temukan adalah 
perempuan terbaik yang pernah saya temui saat itu,
dan saya tidak mau oranglain memiliki dia.
Yep, batasannya adalah "Orang terbaik yang pernah ditemui saat itu"

Makanya setelah saya diputusin, iya, diputusin, -_-
saya merasa bersyukur, karena mantan saya itu
memang bukan apa-apa kalau dibanding dengan 
"Orang terbaik yang pernah saya temui saat ini"
Maka saat kamu menemukan "Best Person" baru yang lebih baik
dari "Best Person" sebelumnya, saya ucapkan selamat.
Artinya standar kamu untuk pasangan ideal akan bertambah.

(perlu dicatat bahwa 'orang' yang saya bilang adalah orang di dunia nyata
yang hidup disekeliling kamu, bukan artis di tv, bukan karakter manga dll)

Dan coba bayangkan kalau saya masih pacaran,
dan menemukan orang baru yang lebih baik dari dia.
Tanpa ragu pasti saya ingin putus,
ada rasa penyesalan sendiri karena mengira pacar saya yang dulu 
adalah yang terbaik.

Ideal Person (atau Best Person) bukanlah Perfect Person,
tapi ideal person adalah orang yang punya kelebihan dan kekurangan,
perlu ditegaskan kalau dia juga punya kekurangan.
makanya kita akan selalu menemukan Ideal Person baru
seiring waktu bergulir.

Jadi jangan buru-buru menetapkan bahwa dia adalah yang terbaik,
sehingga kamu jadikan dia pacar dan seterusnya.
Karena dilain waktu saat kamu bertemu yang lebih baik,
akan ada rasa menyesal.

Untuk kalian yang masih pacaran saat ini,
terutama yang sudah menahun,
coba untuk jujur pada hati sendiri,
apa kamu sudah pernah bertemu orang yang lebih baik 
dari pacar kamu saat ini?
saya yakin sudah. Dan sangat belum terlambat untuk putus dari dia.
Putus untuk berubah, tidak terkekang dengan orang 
yang tidak ada kaitannya denganmu,
Bukan putus untuk pacaran dengan orang yang lebih baik tadi,
Tapi putuslah untuk menjadi orang yang terbuka kepada siapapun 
yang berani menemui walimu kelak.

Dan tahukah kamu?
Mungkin disekitar kamu ada orang yang patah hatinya,
saat kamu menjalin hubungan dengan orang lain,
Mereka bukan patah hati untukmu,
tapi hati mereka hancur karena salah menganggap kamu 
sebagai orang baik-baik,
Memang sih, mereka tidak bertindak mengemukakan perasaan mereka 
saat kamu belum dimiliki oranglain,
Tapi mereka adalah tipe yang berjuang diam-diam 
agar kelak bisa berani datang ke rumahmu,
Dan apa salahnya sih menunggu mereka untuk datang menemui orangtuamu?

Se kesal itukah dengan menunggu?
Se sebal itukah hidup sendiri untuk sementara waktu saja?
Jika kamu masih demikian, 
saya katakan lagi bahwa belum terlambat untuk berubah.

Bisa dikatakan kalau tidak pacaran juga akan 
memberikan siapapun kesempatan yang sama
untuk jadi pendampingmu kelak,
dan seiring waktu, orang yang kamu temui akan 
lebih baik dari sebelumnya,
Jadi bersabarlah.

Saya baru tahu sebuah kutipan yang intinya begini:
"Jangan cari orang yang melengkapi kekuranganmu,
Karena melengkapi kekuranganmu adalah kewajibanmu sendiri"

Disaat orang berpikir pasangan adalah seseorang untuk 
menutupi lubang kekurangan,
ada sebagian lagi yang berargumen kalau 
kita harus menampakkan diri pada pasangan kelak dengan wujud tanpa lubang.
Saya setuju sekali dengan ungkapan itu,

Misal saya tidak begitu bagus dalam menulis cerita,
lalu saya menikah dengan seorang penulis novel terkenal,
Apakah kekurangan saya dalam "tidak bisa menulis cerita" terlengkapi?
Tidak, saya tetap tidak akan bisa menulis cerita dengan baik,

Mana yang lebih romantis?
Kelak kamu belajar mengaji kepada pasanganmu,
atau kamu dan pasanganmu mengaji bersama karena 
kalian berdua memang sama-sama pintar mengaji?
Jelas sekali yang kedua.

Jadi, mari ubah pola pikir kita,
Mulai melengkapi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi,
Bukan untuk kita sendiri saja, namun demi kebermanfaatan kita 
kepada orang disekitar kita.
Hamasah Lillah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

unfortunate circumstances

I noticed something different about myself, I no longer care about my appearance, I no longer care about people's feelings, Hell I no longer care about other people in general I have burned bridges and become this bitter person that lost the ability to empathize with others. Ada hal yang terjadi ketika kita berada dalam sebuah situasi terlalu lama, kita beradaptasi dengan sekitar kita dan lama kelamaan itu menjadi bagian dari diri kita. Saya tidak pernah membayangkan akan ada di posisi seperti ini begini lamanya. Semua hal di dunia ini jelas terlihat seperti sudah terencana dan terorganisir untuk membuat hidup saya sehambar mungkin sampai akarnya. Semua itu terjadi pada tahapan yang paling kecil dan perlahan yang sama sekali tidak saya sadari sehingga ketika saya mengetahuinya, semua itu sudah terlambat dan sudah terjadi pada tingkatan yang fundamental. Diri saya juga mengalami perubahan mikro itu seiring kehidupan saya yang bertransisi. Rasa empati yang hilang, semangat menjalani

You are not who you think you are

Kita selalu beranggapan bahwa Kita tahu siapa diri kita Mungkin iya dalam beberapa kasus tertentu Tetapi jarang ada orang yang tahu siapa diri dia sebenarnya. Bisa jadi kita beranggapan bahwa kita adalah seorang yang rajin Atau religius, atau pintar, atau senang berolahraga dan lainnya Tapi apa benar begitu? Mendefinisikan identitas diri bukan perjalanan yang semudah itu Identitas diri bukan sesuatu yang kita tahu secara subjektif saja Tapi kita harus melihat dan menguji diri kita secara objektif juga. Artinya kita harus bisa terlebih dahulu menjadi sebuah cermin Yang disana tidak ada lapisan subjektifitas atau pembelaan diri. Dengan memisahkan diri sebagai penilai dan yang akan dinilai Akan terlihat siapa kita sebenarnya dalam level alam bawah sadar Anggapan bahwa kita rajin, religius, pintar dan senang olahraga Akan terbukti atau akan tidak terbukti dengan melihat perilaku kita Bukan dari anggapan atau pengakuan diri kita saja. Sulitnya melakukan evaluasi diri ini adalah kecenderunga

The day after I killed myself

Before anyone wondering, no I’m not suicidal. I’m really afraid to die… but sometimes I couldn’t lift myself up to face this harsh reality either… This note isn’t my last note nor it is my suicide note, or whatever. This note is a closure, something that I needed for a long time, something that will serve me as a reminder that suicide is not a solution but rather another problem that will 100% spawn much more problems for people around me. What I wrote here is only a fiction about what would probably happened if I did end my life. Not to fantasize about dying or anything but this is just a reminder and an EVEN MORE reason why I shouldn’t give in… ============================== The day after I killed myself. The first one who will noticed my disappearance is probably my wife. Not contacting her for longer than 24 hours is already a cue that something is going on. I’ve told her so many times that I’m tired of living our marriage long-distance like this, I want to be by her side al