Hidup adalah hidup,
Ia membedakan, juga menyatukan dimensi kenyataan
dan dimensi khayalan secara simultan.
Memberikan kita ilusi yang nyata
tentang sesuatu yang sebenarnya fana.
Kehilangan adalah perasaan tersulit
untuk diatasi di hidup ini,
bahkan sulit untuk sekedar diungkapkan.
Rasa takut akan kehilangan
terkadang menyesatkan kita pada jalan buntu,
yaitu pada berhentinya harapan dan hancurnya kepercayaan.
Padahal semua itu cuma terjadi hanya di diri kita,
konflik perasaan individu yang bahkan tidak satupun tahu
selain diri sendiri dan Tuhan Yang Maha Tahu,
iya, hanya konflik di batin kita sendiri saja,
tapi efeknya membatin hingga ke ubun-ubun
Awalnya cinta adalah rasa,
rasa suka berawal dari kesamaan,
merasa ada suatu kecocokan misterius
yang akhirnya menyatukan dua insan dalam satu himpunan,
entah sebagai sesama akademisi, sesama aktivis organisasi,
atau bahkan sebagai sesama pemegang peran edukasi.
kan ada pepatah jawa yang katanya:
"Witing tresno jalaran soko kulino"
Maka dengan begitu yang spesial dan yang luarbiasa di mata kita
akan kalah dengan yang selalu ada untuk kita.
Apa yang salah dengan merasa?
sejujurnya menolak keberadaan rasa
akan semakin mendesak ke arah sebaliknya,
sama-sama tahu bahwa kedua dari kita pura-pura tak merasa,
padahal di kedua hati tersimpan nama satu sama lain.
Iya, tidak ada yang salah dengan merasa,
yang salah adalah ketika terlalu banyak asa.
Harapan berlebihlah yang selalu menghancurkan suasana.
Berapa banyak persahabatan yang terpisah karena masalah rasa?
berapa orang teman yang jadi canggung karena ada yang bilang suka?
Ah, entahlah. Terlalu banyak dan tak akan terhitung selama manusia
masih tidak tahu caranya mengendalikan hati dan jiwa.
Ketika hari berganti malam,
dan langit mulai berubah gelap,
kita tahu apa yang dimaksud dengan rasa takut,
yaitu takut akan kehilangan, takut jika semua ini lenyap,
sedangkan kita masih terlalu terikat dengan dunia ini,
dengan kecintaan kita terhadap dunia fana,
dengan gemerlapnya yang kadang melalaikan,
dan dengan cinta buta yang kita miliki terhadap seseorang
yang tanpa dipikir panjang kita berikan.
Salahnya terkadang cinta kita ini terlalu buta,
tidak ada pertimbangan disana sini,
Akhirnya saat kecewa jadi merasa yang paling sengsara,
hanya karena perihal ditikung teman atau bahkan
hanya karena cintanya ditolak mentah-mentah.
Begitulah hidup,
hidup memang keras,
hidup memang tak adil,
makanya kita perlu menyesuaikan dan menjadi lebih kuat,
sama halnya dengan perkara cinta ini.
Ada saat dimana kita berjuang demi si dia,
ada juga saat kita sadar cinta sejati bukan yang seperti ini.
Disitulah kita mulai menjaga hati dan menjaga perasaan.
Dan setelah dipikir lagi, dalam perjuangan perasaan,
lebih baik kita tidak tahu tentang sebuah kebenaran,
daripada kita tahu itu sedangkan kita tidak siap untuk menerima kenyataan pahitnya.
Jaga perasaan dan jaga diri,
jaga aqidah dan luruskan pandangan kedepan.
Mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk,
merupakan salah satu kekuatan untuk bertahan.
Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa menjaga perasaan.
Komentar
Posting Komentar