Langsung ke konten utama

Konsekuensi Dunia Maya



Hal menakutkan yang dapat terjadi di era digital adalah tidak adanya privasi
Menjelek-jelekan, menyinggung seseorang melalui dunia maya itu sangat mudah
Terlebih jika tidak ada konsekuensi yang bisa kita terima
Karena kita bisa menyembunyikan identitas asli milik kita.

Munculnya stalker juga konsekuensi semua pengguna media sosial
Sangat mudah menggali data seseorang sampai ke akarnya
Jika hampir semua orang pernah punya facebook,
Beberapa mungkin tidak bisa kembali dibuka pemiliknya tapi masih bisa terlihat orang lain,
Atau juga masih bisa dibuka tetapi masih mengandung hal-hal memalukan di masa lalu
Dan pemiliknya lupa untuk menghapus konten itu,
Mudah bagi seseorang untuk mengumbar itu semua jika dia mau.

Misal pada tingkatan dunia kerja yang tinggi, terutama politik
Orang banyak menggali masa lalu tentang seseorang,
Dan salah satunya dari bagaimana ia bertindak di sosial media pada waktu yang lampau.

Kecerobohan kita dalam bersosial media dapat menjadi hal yang buruk bagi kita.
Bukan hanya facebook, bahkan blog yang juga mudah dibuat sering mengandung unsur memalukan
Yang mungkin sekarang tidak relevan dengan kenyataannya,
Dan parahnya yang mereka butuhkan untuk menggali info memalukan itu
hanya nama lengkap dan kata kunci
“Hendry Alfiansyah blogger” atau  “Hendry Alfiansyah Facebook” dll

Mungkin salah kita sebagai pengguna yang terlalu ceroboh
Jika suatu saat orang lain menemukan hal memalukan tentang kita di media sosial,
Namun kita bisa meminimalisirnya dengan menutup akun yang tidak perlu,
Bahkan jika ada blog atau akun facebook yang sudah lupa email dan passwordnya
Itu masih bisa dihapus degan cara mengirimkan email yang mendetail kepada pihak developernya.

Semoga kita semua dijauhkan dari kejahatan dunia maya,
Mari jadi pengguna internet yang bijak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Yang kemarin

Di balik senangnya saya ketika dengar kabar teman-teman menikah, saya selalu tanya diri saya kenapa sih saya masih belum bisa seperti mereka. Jawabannya tentu tidak sesederhana 'belum punya calon untuk jadi pasangan', kalau seseorang yang saya anggap cocok dan sepadan dengan saya sudah saya temukan. Ini bukan juga perkara ada tidaknya modal untuk menikah, tetapi tentang kesiapan saya secara mental dan ilmu. Menikah itu bukan hanya tentang tinggal bersama, tetapi menyatukan dua insan, yang lebih luasnya lagi menyatukan dua keluarga besar yang berarti bukan hanya si A yang punya hubungan dengan saya, namun juga bapak, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi daaaan banyak lagi yang menjadi keluarga baru saya nantinya. Buat saya rasanya semua itu sangat berat, mengurusi kerjaan dan diri saya sendiri saja saya masih belum mampu optimal. Saya masih butuh waktu untuk belajar lagi dan mengkondisikan cara saya membagi waktu. Kadang kalau ada yang tanya kapan saya menikah, sebenarnya...