Langsung ke konten utama

Kelas Pertama di STIS



Dulu saat saya masih bingung kenapa saya masuk statistik,
Mereka selalu ada untuk saya dan selalu menemani saya,
Dari segala perbedaan yang ada dan semua kesulitan kuliah,
Mereka selalu ada.

Sekarang saya sudah duduk di tingkat 4
Dan setiap tahun masih rutin kami melakukan kegiatan silaturahim sambil buka bersama
Memang banyak sih acara buka bersama yang mesti dihadiri saat ramadhan
Tapi kelas ini adalah yang terwajib buat saya.

Kesan pertama kuliah bersama kelas 1h adalah campur aduk,
Karena baru pertama kali saya bertemu teman-teman dari berbagai daerah,
Berbagai suku dan berbagai agama dalam hanya satu kelas saja.
Diversitas yang saya rasakan waktu SMA tidak ada apa-apanya dibandingkan di 1h.

Pertama kali saya menghadapi dosen2 dan mata kuliah yang sulit bersama mereka.
Dan juga pertama kalinya saya bisa melupakan masalah-masalah pribadi
Termasuk konflik batin karena sebenarnya dipaksa masuk sini.

Pesan untuk kelas 1h adalah jangan sampai kita melupakan satu sama lain,
Saya tahu kalimat seperti itu terdengar sangat klise,
Semua orang pasti pernah mendengarnya dan persahabatan itu hampir tidak pernah bertahan.
Namun jika dengan teman2 1h saya yakin ini bisa diwujudkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Yang kemarin

Di balik senangnya saya ketika dengar kabar teman-teman menikah, saya selalu tanya diri saya kenapa sih saya masih belum bisa seperti mereka. Jawabannya tentu tidak sesederhana 'belum punya calon untuk jadi pasangan', kalau seseorang yang saya anggap cocok dan sepadan dengan saya sudah saya temukan. Ini bukan juga perkara ada tidaknya modal untuk menikah, tetapi tentang kesiapan saya secara mental dan ilmu. Menikah itu bukan hanya tentang tinggal bersama, tetapi menyatukan dua insan, yang lebih luasnya lagi menyatukan dua keluarga besar yang berarti bukan hanya si A yang punya hubungan dengan saya, namun juga bapak, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi daaaan banyak lagi yang menjadi keluarga baru saya nantinya. Buat saya rasanya semua itu sangat berat, mengurusi kerjaan dan diri saya sendiri saja saya masih belum mampu optimal. Saya masih butuh waktu untuk belajar lagi dan mengkondisikan cara saya membagi waktu. Kadang kalau ada yang tanya kapan saya menikah, sebenarnya...