Langsung ke konten utama

:)

Perasaan menyebalkan itu datang lagi
Seolah tidak ada bosannya datang pergi
Menyelimuti sekelumit pikiran saya
Mengubah semua keinginan hidup saya
Menghancurkan pandangan saya
Akan masa depan.

Apa sih yang dimaksud masa depan?
Apakah itu masa dimana saya menikah?
Apakah itu masa dimana saya punya cucu?
Atau apakah sekarang itu masa depan?
Kapan masa depan terjadi?

Saya tidak ingin masa depan
Terlalu banyak yang saya khawatirkan
Saya takut keputusan yang salah mempengaruhi keadaan di masa depan,
Saya takut kehilangan orang-orang yang
Saya sangat cintai.
Saya takut saya tidak lebih baik 
Dari orang lain.

Apakah saya harus mulai menabung?
Berapa banyak saya harus menabung?
Berapa puluh juta yang harus saya punya
Sebelum saya berumur 30 tahun?
Bagaimana jika saya kalah kaya
Dari teman-teman saya?
Salahkah saya jika saya tidak beli saham?

Umur berapa saya mesti menikah?
Apa yang mesti saya siapkan?
Bagaimana jika saya tidak kunjung siap?
Saya merasa tidak sempurna dan
Saya takut tidak ada orang yang akan
Menerima saya dengan keadaan saya ini

Apa ukuran kesuksesan?
Apakah mendapatkan pekerjaan tetap?
Apakah dengan punya rumah mewah?
Apakah punya mobil bagus itu sukses?
Apakah sekarang saya sudah sukses?
Bagaimana kalau saya tidak sukses?
Saya takut saya kalah sukses dari
Teman-teman saya yang lain.
Saya takut jadi bahan obrolah orang-orang
Yang selalu membandingkan saya dengan
Teman-teman saya yang lebih sukses.

Parahnya semua pertanyaan dan
Kekhawatiran itu datang bersamaan.
Mengubah total pandangan saya tentang hidup ini hanya dalam satu malam.

Saya benci dikira baik-baik saja
Saya sedih karena wajah yang saya buat
Selalu wajah bahagia,
Memaksa saya memainkan peran bahagia
Meskipun saya sedang dalam fase ini.

Saya tidak tahu hidup saya untuk apa
Mencari uang? Mencari pasangan?
Mencari kedudukan pangkat kerja?
Semua itu terasa sia-sia bagi saya.

Untuk apa sih hidup...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Newfound Motivation

It's enough. I believe living like this is enough. It should be. It has to be. Ketika saya berencana menikah, tentu ini bukan kehidupan pernikahan yang saya bayangkan. Hampir dua tahun berlalu dan kami masih belum melihat ada jalan untuk kami hidup berdua. Semesta memang lucu ya. Saya mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Namun Yang Maha Kuasa lah yang menempatkan saya di posisi sekarang ini. Jika Yang Maha Kuasa berkehendak ini jalan bagi kami, selagi kami tetap berusaha, saya percaya kehidupan pernikahan seperti ini tidak akan Ia murkai. Pasti ada maksud dibalik keputusan-Nya membiarkan kami di posisi ini. Meski begitu saya hanyalah seorang manusia. Tidak ada salahnya bukan jika kadang saya merasa putus asa dalam tiap langkah saya? Hanya melangkah kedepan yang saya bisa lakukan. Meski itu sambil menangis, meronta dan mengumpat sekalipun. Jika saya terlihat melakukan segala cara halal yang bisa dilakukan, ya, saya memang se-putus asa itu dan nekat mencoba apa yang saya bisa. Biarkan kat...

crushing pressure

"Hen, tau gak si A sama istrinya pindah" "Hen si B udah pindah" "Hen kok kamu belum pindah" Somehow being told that I'm not the only one with this circumstances doesn't reassure me. What do you know about my situation? Do you think you understand how I feel? Do you think someone that you thought have the same situation as mine REALLY got no help like me? Shut up. I thought some people didn't care about me anymore, but maybe they don't care about me in the first place?

Yang kemarin

Di balik senangnya saya ketika dengar kabar teman-teman menikah, saya selalu tanya diri saya kenapa sih saya masih belum bisa seperti mereka. Jawabannya tentu tidak sesederhana 'belum punya calon untuk jadi pasangan', kalau seseorang yang saya anggap cocok dan sepadan dengan saya sudah saya temukan. Ini bukan juga perkara ada tidaknya modal untuk menikah, tetapi tentang kesiapan saya secara mental dan ilmu. Menikah itu bukan hanya tentang tinggal bersama, tetapi menyatukan dua insan, yang lebih luasnya lagi menyatukan dua keluarga besar yang berarti bukan hanya si A yang punya hubungan dengan saya, namun juga bapak, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi daaaan banyak lagi yang menjadi keluarga baru saya nantinya. Buat saya rasanya semua itu sangat berat, mengurusi kerjaan dan diri saya sendiri saja saya masih belum mampu optimal. Saya masih butuh waktu untuk belajar lagi dan mengkondisikan cara saya membagi waktu. Kadang kalau ada yang tanya kapan saya menikah, sebenarnya...