Langsung ke konten utama

Fragmen 1: Episode Depresi

silhouette photo of man on swing beside tree photo – Free ...

Satu lagu

Hanya satu lagu yang dibutuhkan untuk membuat saya ingat siapa diri saya.
Tidak sepenuhnya ingat, tapi satu demi satu fragmen ingatan.
Mereka muncul seolah ingin saya tetap ada dengan mereka
dan saya putuskan untuk tetap tinggal.

Dari sekian banyak memori yang semakin lama tergantikan oleh yang baru,
hal pertama yang saya ingat darinya adalah masa-masa sulit,
masa ketika kekuatan mental diuji dan persistensi dipertanyakan.

=========================================================

Kamis, usai sesi 3 di gedung 2 lantai 3

Tidak ada sesi hari itu, saya memutuskan untuk baca-baca di perpus
hingga sore hari sambil mencari inspirasi skripsi saya.

Saya mengembalikan beberapa skripsi tahun lalu ke tempatnya,
merapikan laptop dan buku tulis, membawanya keluar perpustakaan.
Tidak lupa menyiapkan mental serta laporan progres skripsi 
untuk dibicarakan di bimbingan sore ini.

Saya berjalan menuju gedung satu lewat tempat terbuka yang mirip helipad,
tiap langkah mendekati gedung itu membuat jantung saya berdegup makin cepat.
Saya masuk ruangan dengan banyak harap dan siap-siap dimarahi lagi,
tentu bukan karena saya jarang bimbingan tapi progresnya yang masih macet
dibandingkan anak bimbingan beliau yang lainnya.

Saya mengetuk sekat ruangan itu dan beliau mempersilahkan saya duduk.
Benar saja, topik saya ditolak lagi.

Panjang sekali yang beliau sampaikan mulai dari tentang topik 
hingga masa depan saya yang terancam jika saya masih di titik ini.
Dalam satu jam itu tidak banyak yang saya tangkap
karena saya sebenarnya sudah ingin menyerah saya,
yang saya ingat adalah satu kalimat tanya yang beliau lemparkan:

"Bagaimana kalau kamu mengulang saja tahun depan??" .

Beliau akhiri pembicaraan dengan kata tanya itu,
jelas saya jawab bahwa saya akan berusaha,
yang artinya akhir pekan ini akan saya gunakan serius untuk cari topik.
Saya keluar dari ruangan dan mempersilahkan rekan bimbingan saya masuk.

Pikiran yang sudah lelah dan berkabut itu jelas membebani saya,
saya berdiri di balkon helipad itu, ingin melamun sebentar dan menikmati angin.
Saya mengarahkan pandangan saya ke horizon yang tertutupi gedung-gedung,
membayangkan bagaimana rasanya menjadi superman yang bisa terbang dari titik saya berada.
Selalu saya mempermasalahkan apakah sesautu yang saya dapat dalam hidup ini 
sepadan dengan semua stres dan kerja keras yang harus saya hadapi.

Saya melihat ke bawah dari balkon itu,
membayangkan bagaimana tubuh saya akan berbaring diam
jika saya lompat dari sini.

Hal-hal itu saja yang selalu berputar dalam pikiran saya,
saya merasa tidak kuat.

=================================================

Satu-satunya cara yang bisa membuat saya kuat waktu itu
adalah dengan mengingat siapa saya dan bagaimana saya 
bisa sampai pada titik itu.

Karena saya tidak sebatang kara, saya berasal dari keluarga
yang sangat mencintai saya.

Saya tidak sendiri, rekan-rekan saya selalu
menyemangati saya dan selalu menanti saya kembali.

Dengan tau alasan kenapa saya berjuang,
maka saya bisa bertahan dan terus maju.

Dengan mengingat siapa yang ingin saya bahagiakan,
apapun akan saya perjuangkan agar jadi kenyataan.

Biarkan mereka masuk dalam hidupmu,
biarkan mereka membantu dan menemani kesibukanmu,
berhenti tertutup dan bersikap seolah mereka 
tidak akan bisa mengubah apapun dalam hidupmu,
maka kamu akan bisa sadar betapa mudah apa yang kamu hadapi.

Mungkin satu hal yang akan saya selalu sesali
adalah menutup diri dari menjalin hubungan cinta.
Entah efeknya baik atau buruk bagi saya,
yang pasti saya melewatkan pengalaman itu.
Mungkin diri saya di masa kuliah tidak akan
merasa se sengsara itu karena ada yang menemani, haha.

Terimakasih telah membaca, saya telah kembali :D



Komentar

Postingan populer dari blog ini

unfortunate circumstances

I noticed something different about myself, I no longer care about my appearance, I no longer care about people's feelings, Hell I no longer care about other people in general I have burned bridges and become this bitter person that lost the ability to empathize with others. Ada hal yang terjadi ketika kita berada dalam sebuah situasi terlalu lama, kita beradaptasi dengan sekitar kita dan lama kelamaan itu menjadi bagian dari diri kita. Saya tidak pernah membayangkan akan ada di posisi seperti ini begini lamanya. Semua hal di dunia ini jelas terlihat seperti sudah terencana dan terorganisir untuk membuat hidup saya sehambar mungkin sampai akarnya. Semua itu terjadi pada tahapan yang paling kecil dan perlahan yang sama sekali tidak saya sadari sehingga ketika saya mengetahuinya, semua itu sudah terlambat dan sudah terjadi pada tingkatan yang fundamental. Diri saya juga mengalami perubahan mikro itu seiring kehidupan saya yang bertransisi. Rasa empati yang hilang, semangat menjalani

You are not who you think you are

Kita selalu beranggapan bahwa Kita tahu siapa diri kita Mungkin iya dalam beberapa kasus tertentu Tetapi jarang ada orang yang tahu siapa diri dia sebenarnya. Bisa jadi kita beranggapan bahwa kita adalah seorang yang rajin Atau religius, atau pintar, atau senang berolahraga dan lainnya Tapi apa benar begitu? Mendefinisikan identitas diri bukan perjalanan yang semudah itu Identitas diri bukan sesuatu yang kita tahu secara subjektif saja Tapi kita harus melihat dan menguji diri kita secara objektif juga. Artinya kita harus bisa terlebih dahulu menjadi sebuah cermin Yang disana tidak ada lapisan subjektifitas atau pembelaan diri. Dengan memisahkan diri sebagai penilai dan yang akan dinilai Akan terlihat siapa kita sebenarnya dalam level alam bawah sadar Anggapan bahwa kita rajin, religius, pintar dan senang olahraga Akan terbukti atau akan tidak terbukti dengan melihat perilaku kita Bukan dari anggapan atau pengakuan diri kita saja. Sulitnya melakukan evaluasi diri ini adalah kecenderunga

The day after I killed myself

Before anyone wondering, no I’m not suicidal. I’m really afraid to die… but sometimes I couldn’t lift myself up to face this harsh reality either… This note isn’t my last note nor it is my suicide note, or whatever. This note is a closure, something that I needed for a long time, something that will serve me as a reminder that suicide is not a solution but rather another problem that will 100% spawn much more problems for people around me. What I wrote here is only a fiction about what would probably happened if I did end my life. Not to fantasize about dying or anything but this is just a reminder and an EVEN MORE reason why I shouldn’t give in… ============================== The day after I killed myself. The first one who will noticed my disappearance is probably my wife. Not contacting her for longer than 24 hours is already a cue that something is going on. I’ve told her so many times that I’m tired of living our marriage long-distance like this, I want to be by her side al